DASAR-DASAR PEMBAHASAN EPISTIMOLOGI FILSAFAT ILMU
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Epistimologi merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat. Epistimologi itu sendiri merupakan ilmu yang mengkaji mengenai hakikat dari sebuah ilmu. Persoalan utama yang dihadapi oleh epistimologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontology dan aksiologi.
Pada dasarnya manusia akan selalu mencari kebenaran selama hidupnya dan akan selalu berusaha untuk mendapatkan jawabannya. Maka dari itu manusia berpikir bagaimana cara untuk mendapatkannya. Setelah mendapatkannya, manusia juga tidak akan pernah merasa puas jika mereka belum menguji pengetahuan tersebut. hal ini dimaksudkan agar mereka tidak mendapatan kebenaran yang semu, melainkan kebenaran yang ilmiah. Karena pada dasarnya, mereka menguji sebuah ilmu dengan teori ilmiah.
Oleh sebab itu, perlu diketahui apa saja yang menjadi dasar-dasar pengetahuan yang dapat digunakan manusia untuk mengembangkan diri dalam mengikuti perkembangan informasi yang pesat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Epistimologi?
2. Apa objek dan tujuan Epistimologi?
3. Bagaimana ruang lingkup Epistimologi?
4. Apa saja aliran-aliran dalam Epistimologi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Epistimologi
2. Untuk mengetahui objek dan tujuan Epistimologi
3. Untuk mengetahui ruang lingkup Epistimologi
4. Untuk mengetahui aliran-aliran dalam epistimologi
PEMBAHASAN
A. Pengetian Epistimologi
Epistimologi merupakan salah satu cabang filsafat ilmu. Secara etimologi, epistimologi berasal dari ahasa Yunani yaitu episteme artinya pengetahuan dan logos artinya ilmu. Jadi, epistimologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud tepatnya membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan sahnya pengetahuan. Sedangkan epistimologi secara terminology berarti teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.
Kajian filsafat epistimologi menjelaskan bagaimana kita menyusun pengetahuan yang benar. Oleh karena itu, landasan epistimologi ilmu disebut metode ilmiah. Dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.
Adapun pengertian epistimologi menurut para ahli, diantaranya:
· P. Hardono Hadi
Menurutnya, epistimologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
· D.W Hamlyin
Epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
B. Objek dan Tujuan Epistimologi
Sebelum menjelaskan mengenai objek dan tujuan epistimologi, perlu kita jelaskan terlebih dahulu mengenai objek dan tujuan itu sendiri. Terkadang banyak orang yang berasumsi bahwa objek dan tujuan itu sama. Namun sebenarnya objek dan tujuan sangat berbeda. Objek lebih diartikan sebagai sasaran, sedangkan tujuan sama dengan harapan. Namun antara objek dan tujuan ini sendiri memiliki kesinambungan yang sangat erat, karena objek dapat menyebabkan tercapainya sebuah tujuan.
Objek epistimologi yaitu proses yang kita lakukan untuk mendapatkan pengetahuan. Dengan adanya proses ini akan menjadi sasaran teori pengetahuan. Selain itu, proses ini juga akan melahirkan tujuan pengetahuan tersebut. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa antara objek dan tujuan itu saling berkaitan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tanpa ada sasaran, maka tujuan tidak akan terealisasi. Begitupun sebaliknya, jika tidak ada tujuan, maka sasaran akan menjadi tidak terarah.
Berbicara tentang tujuan, tujuan dari epistimologi ini sendiri yaitu memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Epistimologi juga memiliki tujuan yang bermakna strategis dalam dinamika pengetahuan. Oleh karena itu seseorang dapat menumbuhkan kesadaran dalam dirinya bahwa selain memperoleh pengetahuan kita juga harus mengetahui cara yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, karena sikap dinamis seseorang dapat terlihat ketika seseorang mendapatkan cara untuk memperoleh pengetahuan, bukan dengan hanya memperoleh pengetahuannya saja.
C. Ruang Lingkup Epistimologi
Beberapa filsuf berpendapat mengenai ruang lingkup epistimologi, diantaranya:
· M. Arifin
Menurutnya, ruang lingkup epistimologi meliputi tiga hal, yaitu hakekat, sumber, dan validitasnya pengetahuan.
· Mudlor Achmad
Mudlor membagi ruang lingkup epistimologi kedalam enam aspek, diantaranya hakekat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan.
· A. M Saefuddin
Menurutnya epistimologi itu mencakup pertanyaan yang harus dijawab. Pertanyaan tersebut meliputi apakah ilmu, darimana asalnya ilmu, apa sumbernya ilmu,apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang benar. Kemudian muncul juga pertanyaan, apa kebenaran itu, mungkinkah kjita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan bagaimana batasannya. Kemudian Saefuddin meringkas pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi dua bagian, yaitu masalah sumber ilmu dan benarnya ilmu.
D. Aliran-aliran Epistimologi
Ada beberapa aliran epistimologi yang mengkaji tentang bagaimana memperoleh kebenaran suatu ilmu. Seperti yang dipaparkan oleh Ahmad Tafsir yang membagi aliran epistimologi kedalam empat bagian, sebagai berikut:
· Empirisme
Menurut aliran ini, pengetahuan diperoleh dari pengalaman indrawinya atau sering disebut juga dengan panca indera. Seperti halnya kita mengetahui bahwa makanan ini rasanya pahit karena kita mencicipinya atau bunga ini harum karena kita menciumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan menurut aliran empirisme diperoleh dengan cara eksperimen. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman indrawi dapat dipatahkan karena keterbatasan indera manusia.
· Rasionalisme
Aliran rasionalisme menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh dengan akal manusia. Saat manusia menggunakan akalnya untuk berpikir, maka saat itu pula manusia mendapatkan pengetahuan. Namun untuk memperoleh pengetahuan, aliran ini juga meyakini kegunaan panca indera manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Oleh karena itulah, pengetahuan yang diperoleh melalui akal adalah pengetahuan yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah.
Seorang filsuf yang terkenal dalam aliran ini yaitu Descrates. Descrates berasumsi bahwa jika seseorang mulai ragu-ragu terhadap sesuatu, maka dalam keraguannya sudah jelas ia sedang berpikir. Maka hasil dari berpikirnya yang berawal dari kepenasaran dan keragu-raguan, lahirlah sebuah pengetahuan baru.
· Positivisme
Filsuf yang terkenal dalam aliran ini yaitu August Compte yang berpendapat bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman inderawi manusia yang dipertajam dengan alat bantu karena alat bantu itulah bagian dari positivism. Selain itu, pengetahuan juga harus diperkuat dengan melakukan eksperimen. Namun untuk melakukan eksperimen diperlukan ukuran-ukuran yang jelas. Karena melalui eksperimen ini, pengetahuan yang yang diperoleh dengan indera akan terkoreksi.
· Intuisionisme
Dalam aliran ini menjelaskan bahwa tidak hanya indera yang terbatas, namun akal juga terbatas. Karena jika kita menggunakan akal kita untuk berkonsentrasi pada suatu objek, maka kita hanya akan memahami objek tersebut. selain itu, kita juga tidak akan dapat memahami objek tersebut secara keseluruhan. Oleh karenanya Bergson berasumsi bahwa akal manusia dalam memperoleh suatu pengetahuan terbatas. Dengan adanya keterbatasan ini, Bergson sendiri mengembangkan intuisi manusia yang dianggapnya sebagai kemampuan manusia yang sangat tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan, ketika indera dan akal lemah karena adanya keterbatasan, maka muncullah intuisi yang juga digunakan untuk memperoleh suatu pengetahuan.
KESIMPULAN
Pengertian epistimologi terbagi kedalam dua bagian, yaitu epistimologi secara etimologi yang menjelaskan bahwa epistimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang artinya pengetahuan dan logos artinya ilmu. Sedangkan menurut terminology, epistimologi yaitu ilmu yang memperlajari mengenai hakikat sebuah ilmu.
Objek epistimologi yaitu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pengetahuan. Sedangkan tujuan epistimologi itu sendiri yaitu untuk memiliki potensi dalam memperoleh suatu pengetahuan. Kemudian, ruang lingkup epistimologi mencakup berbagai pertanyaan yang dipaparkan oleh beberapa ahli.
Aliran-aliran yang terdapat dalam epistimologi terbagi kedalam empat bagian, diantaranya yaitu: empirisme, rasionalisme, positivism, dan intuisionisme.
Daftar Pustaka
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
S. Suriasumantri, Jujun. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
http://rachmawatiretno.blogspot.com/2013/01/filsafat-ilmu-epistemologi.html
No comments:
Post a Comment