EPISTIMOLOGI FILSAFAT DALAM AGAMA
ABSTRAK
Dalam khazanah filsafat Islam, dikenal ada tiga buah metodologi pemikiran yakni bayani, irfani dan burhani. Bayani adalah sebuah model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. .epistemologi dapat diartikan atau didefinisikan sebagai mempelajari asal usul, atau sumber atau struktur, metode dan validitas (sahnya) pengetahuan. Model berpikir rasional berpendapat bahwa menemukan kebenaran dan sekaligus menjadi tolak ukur dengan menggunakan akal secara logis. Maka benar atau tidaknya sesuatu diukur dengan rasionalitas akal. Dengan demikian dapat disebut obyek kajian epistemologi rasional adalah hah-hal yang bersifat abstrak dan logis. Upaya rekonstruksi filsafat Islam perlu mendapatkan perhatian lebih. Namun sekedar wacana saja sangatlah tidak cukup, perlu upaya yang lebih real dan kongkrit yang harus terus dilakukan, agar kehadiran dan perkembangan filsafatIslam semakin terasa.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yakni episteme dan logos Episteme berarti pengetahuan sedangkan logos bermakna pengetahuan, Oleh karena itu epistemologi itu disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) , di mana dalam bahasa Arab disebut Nazhriyah al-Ma’rifah. Robert Audi dalam The Cambridge Dictionary of Philosophy menyatakan epistemologi sebagai studi tentang pengetahuan dan kebenaran , paling tidak secara khusus mempelajari tentang tiga bagian penting : pertama ; penegasan ciri-ciri pengetahuan, kedua ; kondisi sumber-sumber pengetahuan yang sesungguhnya dan ketiga ; batasan-batasan pengetahuan dan kebenaran.
Apa yang dapat kita ketahui ?dan bagaimana kita dapat mengetahui itu ? adalah pertanyaan-pertanyaan filosofis dan bentukbentuk pengetahuan menjadi topik utama epistemologi, secara bersamaan dihubungkan kepada gagasan kesadaran lain seperti kepercayaan (belief), pemahaman (understanding), akal Budi (reason), keputusan (judgement), perasaan (sensation), penglihatan atau tanggapan daya memahami/menanggapi sesuatu (perception), intuisi/gerak hati (intuition), dugaan (guessing) dan pengetahuan/pelajaran (learning).
Epistemologi membahas tentang hakikat pengetahuan dan dalam hal ini terbagi kepada dua aliran yakni, realisme dan idealisme. Namun ada beberapa penjelasan tentang hakikat pengetahuan ini sendiri Realisme menyatakan hakikat pengetahuan adalah apa yang ada dalam gambar atau kopi yang sebenarnya dari alam nyata. Gambaran atau pengetahuan yang ada dalam akal adalah kopi asli yang terdapat di luar akal.Pengetahuan menurut teori ini sesuai dengan kenyataan. Sedangkan idealisme menganggap pengetahuan itu adalah gambar menurut pendapat atau penglihatan. Pengetahuan tidak menggambarkan yang sebenarnya karena pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Sehubungan dengan itu perbedaan pokok antara teori-teori pengetahuan adalah perbedaan antara metode rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh dengan perantaraan akal, ia berfungsi untuk menghubungkan data dari luar atau menerjemahkan peristiwa dengan peristiwa yang lain.
keyword: agama, Epistimologi, Islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sekilas tentang Epistemologi Islam
Epistemologi (Filsafat Pengetahuan) Islam sebagai wilayah diskursus filsafat mencakup dua pendekatan; yakni genetivus subyectivus (menempatkan Islam sebagai subyek) bagi titik tolak berpikir (starting point) dan genetivus obyectivus (menempatkan filsafat pengetahuan sebagai subyek yang membicarakan Islam sebagai obyek kajian). Epistemologi Islam menelaah bagaimana pengetahuan itu menurut pandangan Islam, bagaimana metodologinya, serta bagaimana kebenaran dapat diperoleh dalam pandangan Islam atau proposisi yang telah terbukti keabsahannya. Setidaknya ada 2 upaya yang perlu dilakukan yaitu membangun tradisi ilmiah Islam dan mengkonstruksi kembali bangunan epistemologi keilmuan dalam Islam, yang akhir-akhir ini banyak terjadi kesimpang siuran dan ketidakjelasan yang dapat ditemukan dalam satu bidang ini. Dalam dunia pemikiran, epistemologi menempati posisi penting, sebab menentukan corak pemikiran dan pernyataan kebenaran yang di hasilkannya. Bangunan dasar epistemologi berbeda dari satu peradaban dengan yang lain. Perbedaan titik tekan dalam epistemologi memang sangat besar pengaruhnya dalam konstruksi bangunan pemikiran manusia secara utuh. Oleh karena itu, perlu pengembangan empirisme dalam satu keutuhan dimensi yang bermuatan spiritualitas dan moralitas.Oleh karena itu, epistemologi bersangkutan dengan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Filsafat, yaitu sebagai cabang ilmu dalam mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan.
2. Metode, memiliki tujuan untuk mengantarkan manusi mencapai pengetahuan.
3. Sistem, bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan.Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yaitu aliran:
1. Rasionalisme, yaitu aliran yang mengemukakan, bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa.
2. Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia berasal dari pengalaman manusia itu sendiri, melalui dunia luar yang ditangkap oleh panca inderanya.
3. Kritisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau pikiran manusia sendiri.
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia inklusif di dalamnya aliran-aliran:
1. Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia adalah gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran. Dalam pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesungguhnya.
2. Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kanyataan yang diketahui manusia semuanya terletak di luar dirinya.
2.2 Permasalahan Pemikiran Islam
Model Pemikiran Epistemologi Keilmuan Islam
1. Model Berpikir Bayani
2. Model Berpikir Burhani
3. Model Berpikir Irfani
2.3 Model Pemikiran Bayani
Secara bahasa, bayani bermakna sebagai penjelasan, pernyataan, ketetapan. Sedangkan secara terminologis, bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma’, dan ijtihad. Jika dikaitkan dengan epistemologi, maka pengertiannya adalah studi filosofis terhadap struktur pengetahuan yang menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah kebenaran mutlak. Adapun akal hanya menempati tingkat sekunder dan bertugas hanya untuk menjelaskan teks yang ada. Ditinjau dari perspektif sejarah, bayani sebetulnya sudah dimulai sejak pada masa awal Islam. Hanya saja pada masa awal ini, yang disebut dengan bayani belum merupakan sebuah upaya ilmiah dalam arti identifikasi keilmuan dan peletakan aturan pendalaman teks-teksnya, tetapi baru sekedar upaya penyebaran tradisi bayani saja. Dalam tradisi keilmuan Islam, corak bayani sangat dominan. Dengan segala karakteristiknya, corak bayani bukanlah sebuah corak yang sempurna. Salah satu kelemahannya adalah kurang peduli terhadap isu-isu keagamaan yang bersifat konstektual. Padahal, jika ingin mengembangkan pola berfikir bayani, maka mau tidak mau harus menghubungkan dengan pola berfikir irfani dan burhani. Jika masing-masing tetap kokoh pada pendiriannya dan tidak mau membuka diri, berdialog, dan saling melengkapi satu sama lain, sulit rasanya studi Islam dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman mampu menjawab tantangan kontemporer yang terus berkembang tiada henti. Dalam tradisi bayani, otoritas kebenaran terletak pada teks (wahyu). Sementara akal menempati posisi sekunder. Tugas akal dalam konteks epistemologi bayani adalah menjelaskan teks-teks yang ada. Sementara bagaimana bagaimana implementasi ajaran teks tersebut dalam kehidupan konkret berada di luar kalkulasi epistemologi ini. Al- Jabiri menjelaskan bahwa sistem bayani dibangun oleh dua prinsip dasar. Pertama, prinsip diskontinyuitas atau keterpisahan, dan kedua, prinsip kontingensi atau kemungkinan. Prinsip-prinsip tersebut termanifestasi dalam teori substansi individu yang mempertahankan bahwa hubungan substansi sebuah individu (tubuh, tindakan, sensasi dan apapun yang terbentuk di dalamnya) didasarkan atas hubungan dan asosiasi yang kebetulan saja, tapi tidak memengaruhi dan berinteraksi. Teori ini sesungguhnya menafikan teori kausalitas atau ide tentang adanya hukum alam
2.4. Model Pemikiran Burhani
Kata burhani diambil dari bahasa Arab, alburhan yang berarti argumentasi yang kuat dan jelas. Sedangkan kata yang memiliki makna sama dengan alburhan dalam bahasa Inggris adalah demonstration. Arti dari katademonstration adalah berfikir sesuai dengan alur tertentu atau penalaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pengetahuan demonstratif merupakan pengetahuan yang integratif, sistemik, dan sistematis. Ciri daripada pengetahuan demonstratif ada tiga. Pertama, pokok bahasannya jelas dan pasti.Kedua, universal dan tidak partikular. Ketiga, memiliki peristilahan teknis tertentu. Menurut Abid alJabiri, burhan dalam logika adalah aktivitas intelektual untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi dengan cara konklusi atau deduksi. Sedangkan dalam pengertian umum, burhan merupakan semua aktivitas intelektual untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi.
Metode burhani pada dasarnya merupakan logika, atau metode penalaran rasional yang digunakan untuk menguji kebenaran dan kekeliruan dari suatu pernyataan atau teori ilmiah dan filosofis dengan memerhatikan keabsahan dan akurasi pengambilan sebuah kesimpulan ilmiah.
Tidak semua silogisme dapat disebut denga burhani atau demonstratif. Sebuah silogisme baru dikatakan sebagai demonstratif apabila premis-premisnya didasarkan bukan pada opini, melainkan didasarkan pada kebenaran yang telah teruji atau didasarkan kepada kebenaran utama. Ditinjau dari perspektif metodologi, burhani menggunakan logika (al-maqayis) sebagai metodologi.
Maksud epistemologi Burhani adalah, bahwa untuk mengukur benar atau tidaknya sesuatu adalah dengan berdasarkan komponen kemampuan alamiyah manusia berupa pengalaman dan akal tanpa dasar teks wahyu suci, yang memunculkan peripatik. Maka sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah realitas dan empiris; alam, sosial, dan humanities. Artinya ilmu diperoleh sebagai hasil penelitian, hasil percobaan, hasil eksperimen, baik di laboratorium maupun di alam nyata, baik yang bersifat sosial maupun alam. Corak berfikir yang digunakan adalah induktif, yakni generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris.
2.5 Model Pemikiran Irfani
Irfan dalam bahasa Arab semakna dengan ma’rifah yang diartikan denganal-‘ilm. Di kalangan sufi, kata ‘irfan dipergunakan untuk menunjukkan jenis pengetahuan yang tertinggi, yang dihadirkan ke dalam qalb dengan cara kasyfatau ilham. Di kalangan kaum sufi sendiri, ma’rifah diartikan sebagai pengetahuan langsung tentang Tuhan berdasarkan atas wahyu atau petunjuk Tuhan.
Dalam konteks pemaknaan terhadap ma’rifah, klasifikasi pengetahuan yang dilakukan oleh Dzu al-Nun alMishri menempatkan ma’rifah sebagai salah satu jenis pengetahuan khusus di kalangan sufi. Pengetahuan jenis ini, dalam pandangan Dzu al-Nun, yang disebut pengetahuan hakiki. Dzu al-Nun membagi pengetahuan kepada tiga jenis yakni;
(1) pengetahuan orang awam yang menyatakan bahwa Tuhan itu Esa dengan perantaraan ucapan syahadat,
(2) pengetahuan ulama yang menyatakan bahwa Tuhan itu Esa menurut logika akal, dan
(3) pengetahuan para sufi yang menyatakan bahwa Tuhan itu Esa dengan perantaraan hati nurani. Pengetahuan jenis pertama dan kedua baru tahap ilmu, sedangkan pengetahuan ketiga adalah pengetahuan hakiki, yaitu ma’rifat.
Ditinjau dari sisi metode, ‘irfani yang dikembangkan terutama oleh kalangan sufi ini menggunakan metode penegtahuan illuminasi (kasyf). Kasyfadalah uraian tentang apa yang tertutup bagi pemahaman yang tersingkap bagi seseorang, seakan ia melihat dengan mata telanjang. Selain itu, kasyf juga diartikan sebagai penyingkapan atau wahyu. Ia merupakan jenis pengalaman langsung yang lewat pengalaman tersebut, pengetahuan tentang hakiki diungkapkan pada hati sang hamba dan pecinta.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Dalam khazanah filsafat Islam, dikenal ada tiga buah metodologi pemikiran yakni bayani, irfani dan burhani. Bayani adalah sebuah model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Teks sucilah yang mempunyai otoritas penuh untuk memberikan arah dan arti kebenaran, sedang rasio hanya berfungsi sebagai pengawal bagi teramankannya otoritas teks tersebut. Irfani adalah model metodologi berpikir yang didasarkan atas pendekatan dan pengalaman langsung (direct experience) atas realitas spiritual keagamaan. Sedangkan burhani adalah model metodologi berpikir yang tidak didasarkan atas teks maupun pengalaman, melainkan atas dasar keruntutan logika.
REFERENSI
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres
Junaedi, Mahfud. 2010. Ilmu Pendidikan Islam: Filsafat dan Pengembangan. Semarang: RaSAIL Media Group
Kadir, Muslim A. 2003. Ilmu Islam Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://www.wartamadani.com/2013/10/metode-perolehan-ilmu-dalam.html Diakses tanggal 2/11/2014
Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progresif
Naim, Ngainun. 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: TERAS
Nasution, Khoiruddin. 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA+ TAZZAFA.
http://akcaya2.blogspot.com/2013/09/filsafat-ilmu-apa-pengertian.html Diakses tanggal 2/11/2014
No comments:
Post a Comment