AKSIOLOGI
Pengertian
Menurut yang dikutip dari Wikipedia, Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.
Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara lain:
Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).
Menurut pandangan Kattsoff aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Sedangkan Barneld berpandangan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
-Moral Conduct yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
-Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
-Socio-politcal life yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.
Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Jadi jika disederhanakan maka Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari nilai-nilai kegunaan suatu pengetahuan.
Nilai Kegunaan
Sebelum membahas kegunaan suatu ilmu atau pengetahuan ditinjau dari berbagai ahli maupun pemikiran, Tuhan sudah berfirman dalam Al-Qur’an bahwasanya menusia harus menuntut ilmu,berpikir dan memperoleh ilmu. Sehingga munculah peribahasa ‘Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri China’, bukan berarti kita harus mencari ilmu kenegeri China, namun itulah metafora bahwa ilmu dan pengetahuan harus dikejar sampai kemanapun, meski ke liang lahat.
Ilmu, tidak juga baik tidak pula buruk,melainkan bersifat netral tergantung siapa yang menggunakan. Namun, nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui di depan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
Dalam pemanfaatan aksiologi ilmu dapat dikaitkan juga dengan kenyataan yang ada di Indonesia saat ini. Bencana-bencana seperti tak berhenti melanda bumi pertiwi. Yang terakhir paling hangat dibicarakan adalah bencana alam Wasior, Merapi, dan Mentawai yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Kecamatan Wasior di Papua Barat, diterjang longsor dan banjir bandang. Kepulauan Mentawai di Sumatra Barat diguncang gempa dahsyat dan tsunami yang menyapu bersih wilayah di pesisir pulau tesebut. Gunung merapi di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, meletus berulang kali hingga memuntahkan awan panas yang suhunya mencapai 600o celcius. Tentu ketiga bencana jelas bukan hanya telah dan akan memakan korban jiwa manusia yang tidak sedikit, namun juga telah menghantam dan memporak-porandakan seluruh isi sekitar bencana. Dari contoh diatas dapat kita kaitkan dengan aspek aksiologi ilmu. Bencana-bencana yang terjadi di Indonesia terlepas dari kuasa Tuhan YME, ternyata manusia juga ikut berperan dalam kehancuran bumi. Contoh, dari Wasior yang dilanda banjir bandang baru-baru ini ditemukan fakta bahwa penyabab banjir bandang adalah illegal logging atau pembalakan liar hutan yang seharusnya menjadi tadah air hujan justru tidak ada.
Kedua,gunung Merapi yang kembali memuntahkan awan panas. Namun, dari banyak bencana yang terjadi ada point kesalahan yang dilakukan yaitu adanya kegandaan koordinasi di lapangan yang mengakibatkan kebingungan pelaksanaan perintah hingga banyak nyawa dari saudara-saudara kita yang tidak tertolong karena keterlambatan evakuasi. Lengkap sudah penderitaan dan bencana di negeri ini, dari kesalahan dan kecerobohan manusia, kini dilengkapi dengan tidak tersalurkannya bantuan secara tepat sasaran bagi pengungsi kerena tidak ada sarana untuk menjangkau daerah yang parah karena tsunami di Mentawai.
Aksiologi akan memberi sebuah pemahaman kepada kita tentang sebuah keseimbangan antara nilai dan bagaimana penilaian kita terhadap suatu objek dan dengan keadaan bangsa saat ini. Dalam aksiologi terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnnya. Kita dapat menggaris bawahi dari pendapat Drs. Prasetya : adanya nilai jasmani antara lain nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna, nilai hidup dengan keadaan sekarang benar-benar di prioritaskan. Jika dalam teori nilai hidup merupakan suatu yang dikejar untuk kelangsungan hidupnya, maka dalam prakteknya manusia benar-benar memprioritaskan nilai tersebut. Seperti saat merapi meletus, masyarakat lebih memilih menyelamatkan diri dan meniggalkan harta benda yang dimiliki. Sedangkan nilai rohani adalah faham tentang nilai religi akan menjadi prioritas ke depan, keyakinan teguh yang dipegang untuk pedoman kehidupan di dunia dan akhirat. Kenyataannya, apabila manusia tidak memiliki pedoman mengenai suatu keyakinan maka dalam hidupnya seolah manusia tidak mempunyai tujuan, tidak mengenal Tuhan, dan tidak mengerti agama.
Dari pernyataan – pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa aksiologi merupakan suatu ilmu yang mengajarkan cara tentang bagaimana manusia mampu menyeimbangkan antara pengertian dan pelaksanaan nilai dalam kehidupan.
Nilai
Istilah nilai dalam bahasan Inggris adalah “value” atau harga. Misalnya nilai atau harga dalam perspektif ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu jiwa dan sebagainya. Maka dalam konteks filsafat nilai segala sesuatu harus bernilai, misalnya nilai estetik, nilai etik, nilai sosial dan nilai biologis.Oleh karena itu, maksud filsafat nilai adalah pembahasan tentang paradigma aksiologis atas segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada sehingga dihubungkannya pada hakikat fungsional seluruh pengetahuan. sehingga teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Seperti ungkapan “ saya pernah belajar etika”. Arti kedua merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan oleh manusia yang lain.Contoh “ia bersifat etis atau ia seorang yang jujur”. Atau contoh lain, “pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak susila”.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. Nilai itu objektif ataukah subjektif sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolok ukur segalanya, atau eksistensi maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apa ini bersifat psikis atau fisik. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Misalnya, seseorang akan senang melihat matahari yang sedang terbenam di sore hari. Hal ini menimbulkannya rasa senang karena melihat betapa indahnya matahari yang terbenam itu. Inilah yang dikatakan merupakan nilai subjektif dari seseorang dengan orang lain dan akan memiliki kualitas yang berbeda.
Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitian, bebas dalam melakukan eksperimen-eksperimen. Kebebasan ini yang nantinya akan mengukur kualitas kemampuannya. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju pada proses kerja ilmiahnya dan tujuan agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat dengan nilai-nilai subjektif, seperti nilai dalam masyarakat, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Dengan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan. Setelah mempelajari teknologi pembuatan bom atom, manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi keselamatan dan kebutuhan manusia, tetapi dipihak lain bisa juga bersifat sebaliknya, yakni membawa manusia kepada malapetaka. Menghadapi hal yang demikian, ilmu pengetahuan yang pada esensinya mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai mempertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu itu dipergunakan? Jawabannya, bahwa ilmu itu berkaitan erat dengan persoalan nilai-nilai moral.
Masalah moral dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak para ilmuan terbagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai, baik itu secara ontologis maupun aksiologi. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan pada nilai-nilai moral.
Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjwabkan secara rasional dan diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk ke dalam prilaku keilmuannya, sehingga ia dapat mempertanggungjawabkan prilaku ilmiahnya.
Nilai moral tidak berdiri sendiri, melainkan berada pada atau menjadi milik seseorang yang akan bergabung dengan nilai yang sudah ada seperti agama, hukum, budaya, adat, sosial, dan sebagainya. Norma moral menentukan apakah seorang berlaku baik ataukah buruk dari sudut etis.
Penerapan ilmu pengetahuan yang sudah dihasilkan oleh para ilmuan, baik berupa teknologi maupun teori-teori emansipasi masyarakat mesti memperhatikan nilai-nilai kemanusian, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Ini berarti ilmu pengetahuan tersebut tidak bebas nilai. Ada kalanya penerapan teknologi berdampak negatif, misalnya masyarakat menolak atau mengklaim suatu teknologi yang bertentangan atau tidak sejalan dengan keinginan dan pandangan-pandangan yang telah ada sebelumnya, seperti rekayasa genetik (kloning manusia).
Di bidang etika tanggung jawab seorang ilmuan bukan lagi memberi informasi melainkan menjadi contoh. Dimana ia harus bersifat objektif, dapat menerima kritik dan pendapat, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar, serta berani mengakui kesalahan. Semua sifat ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran secara ilmiah.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulakan sebagai berikut:
Makna aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki kegunaan ilmu dan hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi berasal dari kata Yunani, yaitu axios berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tantang nilai”.
Ilmu pengetahuan ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal-hal yang diselidikinya (alam, manusia dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau oleh pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan berfungsi untuk kebutuhan hidup manusia di dalam berbagai bidangnya. Sedangkan nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang akan dinilai.
Keguanaan ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikkan manusia tanpa merendahkan martabat atau merubah hakikat kemanusiaan. Tiap ilmu terutama dalam implementasinya selalu terkait dengan aksiologinya.
Reference :
No comments:
Post a Comment