MENYATUKAN INDERA-AKAL-HATI DALAM FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN (EPISTIMOLOGI)
Abstrak: Epistimologi merupakan salah satu cabang filsafat yang berkenaan dengan hakikat ilmu atau bisa disebut juga sebagai filsafat ilmu pegetahuan. Cabang filsafat ilmu ini, didalamnya mengkaji tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan. Epistimologi pun memiliki beberapa aliran diantaranya rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan positivisme. Dari semua aliran tersebut sangat berkenaan dengan indera, akal, dan hati dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Awalnya tiga hal ini bersaing dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, namun kekiniannya tiga hal ini menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa tiga hal ini manusia tidak dapat mendapatkan pengetahuan dengan sendirinya.
Kata kunci: filsafat ilmu, epistimologi,ilmu, pengetahuan, aliran, indera, akal, hati
Latar Belakang
Filsafat Ilmu merupakan filsafat yang didalamnya memiliki pembahasan mengenai ilmu pengetahuan (theory of knowledge). Filsafat ilmu juga menjelaskan tentang bagaimana mendapat pengetahuan, kriteria pengetauan, metode ilmu pengetahuan, cara mendapatkan ilmu pengetahuan, dan hakikat ilmu. Ini semua dibahas dalam pembahasan epistimologi.
Epistimologi memberikan penjelasan bagaimana manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Imu pengetahuan tidak dengan begitu saja hadir kepada manusia, karena sebenarnya manusia mendapatkan ilmu pengetahuan melewati indera, akal, dan hati mereka.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan jurnal tentang menyatukan indera, akal, dan hati dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (epistimologi) ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran indera, akal, dan hati dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Epistimologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, antara lain :
1. Mengupas problematika tentang bagaimana manusia memperoleh ilmu pengetahuan.
2. Membantu mengukuhkan kebenaran cara mendapatkan ilmu pengetahuan.
3. Sebagai sarana untuk melipat gandakan pengetahuan dari bahan dasar yang telah ada pada mental melalui teknik-teknik yang sistematis dan teratur.
Pengertian Epistimologi
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme mempunyai arti pengetahuan atau kebenaran dan logos adalah pikiran, kata, atau teori. Secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar. Istilah epistimologi sendiri dikenalkan pertama kali oleh J. F. Ferriere pada tahun 1854 dengan maksud untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistimologi dan ontology.
Pengetahuan manusia itu sendiri terdapat tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat yakni diantaranya indera, akal, dan hati. Dan ini melahirkan berbagai macam aliran epistimologi.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Menurut John Hospers dan knight (1982) terjadinya pengetahuan memerlukan alat, alat yang dimaksud ialah :
· Pengalaman indera (sense experience). Sumber pengetahuan yang berupa alat2 untuk menangkap objek pengetahuan dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.
· Nalar (Reason), merupakan suatu corak berfikir untuk menggabungkan dua pengetahuan atau lebih dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan baru.
· Otoritas (authority), pengetahuan yang terjadi karena wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.
· Intuisi (intuition), pengetahuan berasal dari kemampuan manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus.
· Wahyu (revelation), pengetahuan diperoleh dari kepercayaan terhadap sesuatu yang diyakini berasal dari Tuhan melalui rasul. merupakan kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
Ilmu
Menurut Prof. Dr. C.A. van peursen : Ilmu atau Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk mnyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Aliran-aliran Epistimologi
Dari teori pengetahuan (epistimologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran, yaitu:
1. Rasioanalisme
Alran ini memandang bahwa yang menjadi dasar pengetahuan adalah akal pikiran manusia. Bapak dari aliran ini adalah Rene Descartes(1596-1650). Akan tetapi sesungguhnya jauh sebelum itu orang-orang Yunani kuno telah meyakini bahwa akal adalah alat memperoleh pengetahuan yang benar, terlebih oleh Aristoteles.
Bagi aliran ini, aliran empiris memiliki kelemahan jika alat indra kita cacat. Selain itu akal dapat memberikan objek yang abstrak.
2. Empirisme
Aliran berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, yang maksudnya adalah pengalaman dari indrawinya. Bapak dari aliran ini adalah Jhon Locke (1632-1704).
Kelemahan aliran ini cukup banyak. Diantaranya indera terbatas dan indera itu menipu.
3. Kritisisme
Paham ini berpendapat bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpeduan antara peranan unsur Anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman kenyataan.
Bapak dari aliran ini adalah Imanuel Kant, karena adanya pertentangan dari rasionalisme dan empirisme.
4. Positivisme
Tokoh aliran ini adalah August Compte (1798-1857). Ia merupakan penganut empirisme. Ia berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh dari indera, tetapi harus diperkuat dengan eksperimen.
Jadi pada dasarnya aliran ini tidak berdiri sendiri, ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasioanlisme bekerja sama.
Indera, Akal, dan Hati
Dalam epistimologi terdapat benang merah yaitu pertarungan indera, akal dan hati. Dalam perkembangan sejarahnya akal dan hati bertarung habis-habisan dalam memperebutkan dominasi menguasai jalan hidup manusia.
Dalam kenyataannya akal ternyata dapat “diakali”. Maksudnya, yang benar menurut akal ternyata dapat dan selalu lebih dari satu macam, dan ini menyebabkan kekacauan nilai.
Pada abad pertengahan, akal kalah total oleh iman(agama Kristen), karena filsof-filsof abad ini semuanya lebih mementingkan rasa (iman) ketimbang akal, bahkan ada yang menganggap bahwa sains dan filsafat itu tidak ada gunanya. Ini mengakibatkan kehidupan mundur dibandingka zaman Yunani. Disini terlihat bahwa dominasi akal yang berlebihan sama saja dengan dominasi Kristen yang keterlaluan.
Penggunaan logika secara bebas tidak akan dapat menyelamatkan manusia karena logika dengan logika dapat berbentrokan, kemudian logika bebas menghasilkan kehidupan yang tidak pasti.
Salah satu usaha dalam memerangi hal ini adalah yang dilakukan Kant. Ia menyusun argumen untuk menyelamatkan sains, ia berpendapat bahwa sains dapat dipegang dan dipercaya jika dasar-dasar sains itu a priori. Disini sebenarnya kebenaran sains itu a priori, sedangkan a priori itu berada dalam daerah filsafat, jadi sifatnya relatif, maka yang ditemukan akhirnya ialah kebenaran sains yang juga relative. Seperti contoh : jika hujan terus menerus harga beras menjadi naik. Yang menjadi pertanyaan adalah apa hubungannya dan apa buktinya? Ada , jika kita melakukan eksperimen. Buatlah hujan buatan selama setahun, mesin pemanas gabah jangan dihidupkan kemudian periksa harga beras di pasar. Bila naik berarti teori ini benar dan jika tidak maka salah. Teori sains seperti ini sebenarnya telah cukup untuk memperlihatkan kebenarannya tanpa harus sampai ke a priori.
Keadaan menjadi rumit ketika filsafat digunakan untuk menguji kebenaran sains. Tentu saja ini akan menghasilkan kebenaran sains adalah relative karena ukuran yang digunakan bersifat relatif.
Namun ada juga sains yang sifatnya objektif, yaitu dengan menggunakan empiris. Empiris disini adalah dengan menggukan alat indera. Alat indera sendiri mempunyai keterbatasan, dapat berbeda kemampuannya, keakuratannya antara satu orang dengan yang lainnya.
Kelihatannya sudah jelas pengetahuan sampai disini. Namun ternyata belum. Indera dan akal belum juga dipercaya mampu memperoleh pengetahuan yang utuh. Dengan indera manusia hanya mampu memperoleh bagian-bagian tertentu tentang objek. Dibantu oleh akal, akal hanya sanggup memikirkan sebagian dari objek.
Kemudian pada tahap selanjutnya menurut Kant manusia dari lahir memiliki kata hati yang bersifat imperative. Suara hati adalah suara yang selalu mengajak menjadi orang baik. Puncak kebaikan itu adalah Tuhan. Jadi orang harus ber-Tuhan.
Suara hati merupakan antenna ketiga bagi manusia. Manusia itu sendiri memiliki tiga antenna yaitu : indera, akal, dan hati.
Namun jauh sebelum itu Al-Ghazalli telah menyatakan lebih jauh. Menurutnya cara mendapatkan suara hati itu ialah dengan menghentikan dosa (tobat), berbuat baik, perenungan, dan menghentikan kerja logika.
Menurut Al Syaibani (1979:30) manusia memiliki tiga kekuatan atau potensi yang sama penting. Potensi ini adalah jasmani, akal dan roh. Potensi ini akan lebih mudah dipahami ketika manusia memperoleh pengetahuan.
Pertama :
Potensi jasmani yang berupa indera. Potensi ini dapat digunakan dalam memperoleh pengetahuan empiris. Pengetahuan yang diperoleh denagn cara ini, dengan bantuan akal disebut pengetahuan sains. Pengetahuan sains memang tidak seratu persen empiris, tetapi dasar-dasarnya paling awal dan paling akhir tetap dapat dikembalikan kepada penginderaan empiris.
Kedua:
Potensi akal. Potensi ini digunakan ketika ingin memperoleh pengetahuan tentang objek yang tidak dapat diindera, tetapi dapat dipikirkan secara logis. Pengetahuan ini disebut pengetahuan filsafat. Didalam pengetahuan filsafat cara ini disebut cara rasionalisme.
Ketiga:
Potensi Hati. Dengan menggunakan potensi ini manusia akan mendapatkan pengetahuan mistik. Pengetahuan mistik yang dimaksud ialah semua pengetahuan mengenai supranatural, dan iman temasuk dalam pengetahuan ini.
Dalam mencari pengetahuan, akal memerlukan bantuan indera. Setidaknya indera memberikan dorongan pada akal untuk memikirkan obek-objek yang tidak empiris.. Sulit dibayangkan jika seseorang akan menghasilkan pengetahuan jika seandainya dia tidak memiliki alat indera satu pun. Potensi hati juga tidak dapat berdiri sendiri Ia memerlukan bantuan akal dan indera. Disini indera mencari penetahuan tentang objek yang dapat diindera dengan menggunakan alat-alat indera, akal mencari pengetahuan tentang objek-objek yang tidak dapat dijangkau oleh indera tetapi dapat dipahami oleh logika, dan hati mengetahui objek-objek yang tidak terjangkau oleh indera dan akal, objek supralogis.
Sebenarnya dalam hidup ini indera, akal, dan hati harus diperhatikan sama besar, bahkan bila ingin sempurna manusia harus didominasi secara seimbang oleh indera, akal dan hatinya. Potensi itu masing-masing harus harus mendapat latihan secara serentak, bila salah satu lebih mendominasi yang lain maka kehidupan mulai terancam, sejarah telah mengatakan hal itu. Bahkan orang yang beragamapun bila agamanya tidak mengembangkan ketiga potensi itu maka bisa disebut agamanya kurang utuh. Akal yang mendominasi atau akal didominasi akibatnya kurang lebih sama, akan merugikan manusia. Manusia yang baik adalah manusia yang jasmani, akal, dan hatinya berkembang secara seimbang didalam ajaran Tuhan Yang Maha Pintar.
Kesimpulan
Pengetahuan dapat didapatkan dengan indera, akal, dan hati. Ketiga potensi tersebut harus dimaksimalkan secara seimbang untuk mendapat pengetahuan yang berkualitas dan ketiganya meupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan.
Referensi
Ahmad Tafsir. 2006. filsafat ilmu. Bandung: Rosdakarya.
Baktiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Salam, Burhanudin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta
Susano, A. 2011. Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta : PT. Bumiaksara.
http://arya0809.wordpress.com/2013/01/10/epistemologi-pengetahuan/ (diunduh pada tgl 29 Oktober 2014 pkl 13.30 WIB)
http://laily-muttoharoh.blogspot.com/2011/12/dimensi-epistemologi.html (diunduh pada tgl 29 Oktober 2014 pkl 13.45 WIB)
No comments:
Post a Comment