Beberapa Kajian Filsafat Ilmu
Abstrak
Dalam tulisan ini, penulis mengkaji ulang semua materi yang telah diajarkan oleh Ibu dosen. Diantaranya mengenai asal-usul pengetahuan, ontologi dan epistemologi. Selain itu, penulis juga memberikan rincian-rinciannya seperti sumber pengetahuan dan sarana berpikir ilmiah. Penulis mengumpulkan sumbernya dari tulisan-tulisan setiap pertemuan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal yang berjudul “Beberapa Kajian Filsafatilmu”. Jurnal ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas sebagai pengganti Ujian Tengah Semester (UTS) dalam matakuliah Filsafat Ilmu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan jurnal ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak. Ucapan terimakasih penulis berikan kepada semua pihak terumata kepada Ibu dosen yang telah memberikan kuliahnya yang sangat berharga dan teman-teman yang telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat.
Akhirnya penulis meminta maaf atas kesalahan serta kekhilafan yang diperbuat baik sengaja maupun tidak sengaja. Penulis berharap semoga jurnal ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk serta rahmat-Nya kepada kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya. Secara etimologis, istilah filsafat dalam bahasa Indonesia, falsafah yang diambil dari bahasa Arab, philosophy dari bahasa Inggris, phiolosophia dari bahasa latin dan philosophie dari bahasa Jerman, Belanda, dan Perancis. Semua itu berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Istilah Yunani ‘philos’ berarti kawan dan ‘sophia’ berarti kebijaksanaan. Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan zaman, maka bermuncullah ilmu-ilmu pengetahuan yang menjurus pada spesialis yang bila diperdalam lagi kembali pada filsafat sehingga filsafat merupakan interdisipliner ilmu. Filsafat sebagai suatu sikap terhadap kehidupan. Problem-problem yang ditinjau secara luas dan mendalam dengan sikap yang kritis dan terbuka terhadap semua sudut pandang yang ada.
Seseorang yang mempelajari filsafat diharapkan dapat berpikir komprehensif yaitu berpikir secara menyeluruh atau tidak parsial dan secara radikal atau mendalam hingga ke akar-akar masalah. Karena filsafat berusaha untuk memikirkan masalah-masalah manusia secara mendalam dengan alasan yang benar dan teliti. Di samping itu, seorang yang mempelajari filsafat juga dapat menambah cakrawala pengetahuan yang luas, bersikap dinamik, terbuka dan dalam penelitian melakukan penyelidikan dilakukan dengan hati-hati sehingga menyimpulkannya tidak asal. Filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan lain, ia mempelajari seluruh alam dan isinya. Selain itu, seseorang akan berpikir kritis menanggapi gejala ataupum fenomena permasalahan serta dapat menentukan kebijakan yang ada. Dengan begitu, orang-orang yang intelektual mempunyai ilmu pengetahuan akan menggunakan akalnya untuk berfikir secara rasional dan sistematis tertuju pada system tertentu yang disepakati oleh komunitas ilmiah sehingga terarah.
Filsafat menggabungkan kesimpulan-kesimpulan berbagai macam teori ilmu pengetahuan menjadi suatu pandangan dunia yang akan dipelajari semua orang. Dengan begitu, cara seorang dukun dan ilmuwan akan berbeda. Setiap ilmu mempunyai kesepakatan yang berkait antara asumsi awal, pendekatan, aksioma dan teori-teori. Kebutuhan untuk mengerti mengenai apa yang sedang terjadi disekitar kita dan untuk mengalami secara bersama adalah yang membuat pemikiran dan penelitian sistematis itu esensial.
1.2 Rumusan Masalah
Di dalam tulisan ini, masalah-masalah yang akan dibahas adalah:
a. Bagaimana manusia mencari kebenaran?
b. Apa saja cara mencari kebenaran?
c. Apa sajakah dasar-dasar pengetahuan?
d. Apa yang dimaksud dengan sumber pengetahuan?
e. Apa yang dimaksud dengan kriteria kebenaran?
f. Apa yang dimaksud dengan ontologi?
g. Apa yang dimaksud dengan epistemologi?
h. Bagaimana cara menyusun kerangka ilmiah?
i. Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah?
1.3 Tujuan
Setelah mengetahui apa saja rumusan masalah yang akan dibahas, tulisan ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui bagaimana cara manusia mencari kebenaran.
b. Untuk menjelaskan apa saja cara mencari kebenaran.
c. Untuk mengetahui apa saja dasar-dasar pengetahuan.
d. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan sumber pengetahuan.
e. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kriteria kebenaran.
f. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan ontologi.
g. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan epistemologi.
h. Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun kerangka ilmiah.
i. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Manusia Mencari Kebenaran
Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Letak perbedaan yang mendasar antara keduanya ialah berkisar pada kata “sistematik” dan “terkendali”. Ada lima pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. Yang pertama, ilmu pengetahuan dikembangkan melalui struktur-struktur teori, dan diuji konsistensi internalnya. Dalam mengembangkan strukturnya, hal itu dilakukan dengan tes ataupun pengujian secara empiris atau faktual. Sedang penggunaan akal sehat biasanya tidak. Yang kedua, dalam ilmu pengetahuan, teori dan hipotesis selalu diuji secara empiris atau faktual. Beda halnya dengan orang yang bukan ilmuwan dengan cara “selektif”. Yang ketiga, adanya pengertian kendali yang dalam penelitian ilmiah dapat mempunyai pengertian yang bermacam-macam. Yang keempat, ilmu pengetahuan menekankan adanya hubungan antara fenomena secara sadar dan sistematis. Pola penghubungnya tidak dilakukan secara asal-asalan. Yang kelima, perbedaan terletak pada cara memberi penjelasan yang berlainan dalam mengamati suatu fenomena. Dalam menerangkan hubungan antar fenomena, ilmuwan melakukan dengan hati-hati dan menghindari penafsiranyang bersifat metafisis. Proposisi yang dihasilkan selalu terbuka untuk pengamatan dan pengujian secara ilmiah.
2.2. Berbagai Cara Mencari Kebenaran
Dalam sejarah manusia, usaha-usaha untuk mencari kebenaran telah dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
2.2.1 Secara Kebetulan Ada
Ada cerita yang kebenarannya sukar dilacak mengenai kasus penemuan obat malaria yang terjadi secara kebetulan. Ketika seorang Indian yang sakit dan minum air kolam dan akhirnya mendapat kesembuhan. Dan itu terjaid berulang kali pada beberapa orang. Akhirnya diketahui bahwa sekitar kolam tersenut tumbuh sejenis pohon yang kulitnya bisa dijadikan sebagai obat malaria yang kemudian berjatuhan di kolam tersebut. Penemuan pohon yang kelak dikemudian hari dikenal sebagai pohon kina tersebut adalah terjadi secara kebetulan.
2.2.2 Trial And Error
Cara lain untuk mendapatkan kebenaran ialah dengan menggunakan metode “trial and error” yang artinya coba-coba. Metode ini bersifat untung-untungan. Salah satu contoh ialah model percobaan “problem box” oleh Thorndike. Percobaan tersebut adalah seperti berikut: seekor kucing yang kelaparan dimasukan kedalam “problem box”, suatau ruangan yang hanya dapat dibuka apabila kucing berhasil menarik ujung tali dengan menbuka pintu. Karena rasa lapar dan melihat makanan diluar maka kucing berusaha keluar dari kotak tersebut dengan berbagai cara. Akhirnya dengan tidak sengaja si kucing berhasil menyentuh simpul tali yang membuat pintu jadi terbuka dan dia berhasil keluar. Percobaan tersebut mendasar pada hal yang belum pasti yaitu kemampuan kucing tersebut untuk membuka kotak masalah.
2.2.3 Melalui Otoritas
Kebenaran bisa didapat melalui otoritas seorang yang mamegang kekuasaan, seperti seorang raja atau pejabat pemerintah yang setiap keputusan dan kebijaksaannya dianggap benar oleh bawahannya. Dalam dilsafat jawa dikenal dengan istilah ‘Sabda pendita ratu’ arinya ucapan raja atau pendeta selalu benar dan tidak boleh dibantah lagi.
2.2.4 Berpikir Kritis atau Berdasrkan Pengalaman
Metode lain ialah berpikir kritis dan berdasarkan pengalaman. Contoh dari meorde ini ialah berpikir secara deduktif dan induktif. Secara deduktif artinya berpikir dari umum ke khusus; sedang induktif dari yang khusus ke umum. Metode deduktif sudah dipakai selama ratusan tahun semenjak jamannya Aristoteles.
2.2.5 Melalui Penyelidikan Ilmiah
Menurut Francis Bacon, kebenaran baru bisa didapat dengan menggunakan penyelidikan ilmiah, berpikir kritis dan induktif. Selanjutnya, Bacon merumuskan ilmu adalah kekuasaan. Dalam rangka melaksanaan kekuasaan, manusia selanjutnya terlebih dahulu harus memperoleh pengetahuan mengenai alamdengan cara menghubungkan metode yang khas, sebaba pengamatan dengan indera saja akan menghasilkan hal yang tidak dapat dipercaya. Metode berpikir induktif yang dicetuskan oleh Bacon selanjutnya dilengkapi dengan pengertian adanya pentingnya asumsi teoritis dalam melakuakn pengamatan serta dengan menggabungkan peranan matematika.
2.3 Dasar-dasar Pengetahuan
Dalam bagian ini akan dibicarakan dasar-dasar pengetahuan yang menjadi ujung tombak berpikir ilmiah. Dasar-dasar pengetahuan itu ialah sebagai berikut:
2.3.1 Penalaran
Yang dimaksud dengan penalaran ialah kegiatan berpikir menurut pola tertentu, menururt logika tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan pengetahuan. Berpikir logis mempunyai konotasi jamak, bersifat analitis. Aliran yang menggunakan penalaran sebagai sumber kebenaran ini disebut aliran rasionalisme dan yang menganggap fakta dapat tertangkap melalui pengalaman sebagai kebenaran disebut aliran empirisme.
2.3.2 Logika (Cara Penarikan Kesimpulan)
Cara kedua ialah lohika atau penarikan kesimpulan. Yang dimaksud dengan logika sebagaimana didefinisikan oleh William S.S. ialah penhkajian untuk berpikir secara sahih atau valid. Dalam logika ada dua macam yaitu logika induktif dan deduktif. Contoh menggunakan logika ini ialah model berpikir dengan bepikir silogisma.
2.4 Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dalam dunia ini berawal dari sikap manusia yang meragukan setiap gejala yang ada di alam semesta ini. Manusia tidak mau menerima saja hal-hal yang ada termasuk nasib dirnya sendiri. Rene Descarte penah berkata “De omnibus dubitandum” yang mempunyai arti bahwa segala sesuatu harus diragukan. Persoalan mengenai kriteria untuk menetapkan kebenaran itu sulit dipercaya. Dari berbagai aliran makam muncullah pula berbagai kriteria kebenaran.
2.5. Kriteria Kebenaran
Salah satu kriteria kebenaran adalah adanya konsistensi dengan pernyataan terdahulu yang dianggap benar. Beberapa kriteria kebenaran diantaranya ialah:
2.5.1 Teori Koherensi
Yang dimaksud dengan teori koherensi ialaha suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya, matematika yang bentuk penyusunannya, pembuktiannya berdasarkan teori koheren.
2.5.2 Teori Korespondensi
Teori korespondesni dipelopori oleh Bertrand Russel. Dalam teori ini suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung berkorespondesi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Contohnya, apabila ada seorang yang mengatakan bahwa ibukota Inggris adalah London, maka pernyataan itu benar. Sedang apabila dia mengatakan bahwa ibukota Inggris adalah Jakarta, maka pernyataan itu salah, karena secara kenyataan ibukota Inggris adalah London bukan Jakarta.
2.5.3 Teori Pragmatis
Tokoh utama dalam teori ini adalah Charles S Pierce. Teori pragmatis mengatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Kriteria kebenaran didasarkan atas kegunaan teori tidak akan abadi, dalam jangka waktu tertentu ini dapat diubah dengan mengadakan perbaikan atau revisi.
2.6. Ontologi
Ontologi adalah mengenai apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang bernama Democritus menerapkan prinsip-prinsip materialism mengatakan hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi istilah “manis, panas, dan dingin” itu hanyalah merupakan terminologi yang kita berikan kepada gejala yang ditangkap dengan panca indera.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya. Oleh karena itu, manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang ada di dalamnya. Dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Sekalipun demikian, sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai pengertianpun akan muncul pula. Seperti ilmu ekonomi akan mendefinisikan manusia sebagai makhluk ekonomi, sedang ilmu politik mengartikannya sebagai political animal dan dunia pendidikan menjawabnya dengan homo educandum.
2.7. Epistemologi
Yang dimaksud dengan epistemology ialah bagaiamana mendapatkan pengetahuan yang benar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan adalah:
1. Batasan kajian ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup manusia, tidak dapat mengkaji daerah yang bersifar transcendental (gaib/tidak nyata).
2. Cara menyusun pengetahuan. Untuk mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu diperlukan cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode ilmiah.
3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis dan aksiologis ilmu itu sendiri.
4. Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu gejala dan proses terjadinya.
5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit.
6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak tergolong pada kelompok ilmu tersebut atau disiplin ilmu yang sama.
7. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal.
8. Karakterisitik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis:
a. Ilmu eksakta : deduktif, rasio, kuantitatif
b. Ilmu sosial : induktif, empiris, kualitatif
2.8. Kerangka Ilmiah
1. Perumusan masalah. Pernayataan tentang objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan factor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka dalam pengajuan hipotesis:
a. Menjelaskan hubungan .antara faktor yang terkait
b. Disusun secara rasional.
c. Didasarkan pada premis-premis ilmiah.
d. Memperhatikan faktor-faktor empiris yang cocok.
3. Pengujian hipotesis dengan cara mencari fakta yang mendukung.
4. Penarikan kesimpulan.
2.9. Sarana Berpikir Ilmiah
2.9.1 Bahasa
Yang dimaksud dengan Bahasa disini adalah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat:
a. Bebas dari unsur motif.
b. Reproduktif
c. Objektif
d. Eksplisit
2.9.2 Matematika
Matematika adalah pengetahuan sebagai sarana berpikir deduktif yang bersifat:
a. Jelas, spesifik, dan informatif
b. Tidak menimbulkan konotasi emosional
c. Kuantitaif
2.9.3. Statistika
Statistika merupakan pengetahuan sebagai sarana berpikir induktif yang bersifat:
a. Dapat digunakan untuk menguji tingkat ketelitian.
b. Untuk menentukan hubungan kausalitas antar faktor terkait.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tulisan ini menjelaskan secara singkat mengenai materi perkuliahan filsafat ilmu. Diantaranya seperti bagaimana manusia mencari kebenaran, sumber-sumber pengetahuan, beberapa cabang ilmu dari filsafat. Juga menjelaskan beberapa detai-detail yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
· Gie, The Liang. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu, Ed. II. Cet. III; Yogyakarta: Liberty.
· S. Suriasumantri, Jujun. 1996. Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
· Verhaak C. dan Imam, R. Haryono. 1991 Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Cet. II; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
· Peter Soedojo. 2004. Pengantar Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. GajahmadaUniversity Press: Yogyakarta
No comments:
Post a Comment