Wednesday, November 5, 2014

Imam Saepul Mahdi

Filsafat Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan Filsafat

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dikenal sebagai makhluk berfikir. Dan hal inilah yang menjadikan manusia istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Kemampuan berpikir atau daya nalar manusialah yang menyebabkannya mampu mengembangkan pengetahuan berfilsafatnya. Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia diberikan berbagai pilihan. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpegang pada filsafat atau pengetahuan.
Dengan berfilsafat manusia akan mampu mencintai kebijaksanaan, sehingga dengan hal itu manusia mampu menjadi insan yang sempurna, sebab dia bisa mengoptimalkan akal ini untuk berfikir.
Ciri – ciri dari filsafat adalah :
1. Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
2. Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jespers terletak pada aspek keumumannya.
3. Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya :Apakah Kebebasan itu ?
4. Koheren atau konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis.Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
5. Sistematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6. Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7. Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan relijius.
8. Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang-orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.
Berpikir, meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh satu langkah untuk medapatkan pengetahuan yang baru. Aktivitas berpikir akan membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan menganalisa secara kritis terhadap suatu obyek.
Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut
  1. Apa yang di maksud dengan Filsafat Pengetahuan dan Filsafat Ilmu Pengetahuan ?
  2. Apa manfaat dari belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan ?
Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui tentang Filsafat Pengetahuan dan Filsafat Ilmu Pengetahuan .
  2. Mengetahui tentang hasil dari manfaat belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunannya, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data,yang pertama dengan membaca buku sumber,kedua brwosing di internet , ketiga membaca di media cetak dan terakhir dengan pengetahuan penulis sendiri.
Sistematika penulisan
BAB I PendahuluanPada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan
Pada bagian ini mengemukakan tentang Filsafat pengetahuan dan Filsafat ilmu pengetahuan, serta manfaatnya.
BAB III Penutup(kesimpulan)bab ini memuat tentang kesimpulan.




BAB II
Pembahasan
Filsafat Pengetahuan dan Filasafat Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah satu nilai yang sudah konfrehensif, sistematis dan koheren bahkan sampai terkesan teorities jika kita ingin menganalisa lebih dalam, ilmu pengetahuan sudah menjadi satu kebutuhan bagi manusia. Mau tidak mau sebenarnya kita sudah dijejali ilmu pengetahuan dari sekolah dasar hingga perkuliahan, tetapi ilmu pengetahuan tidak hanya ada di bangku pendidikan saja, jika pandangan kita tentang ilmu pengetahuan hanya berorientasi pada akademik, maka pandangan kita masih terlalu sempit untuk mendefinisikan ilmu pengetahuan.
Dari aspek historis, ilmu-ilmu terapan sebenarnya jauh lebih tua dibandingkan dengn ilmu-ilmu apriori dan aposteriori. Penerapan tertua misalnya, seleksi antara tumbuhan dan hewan yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai obat (herbal), atau yang mengandung racun, pertukaran musim yang dapat dimamfaatkan bagi kebutuhan pertanian dll. Namun yang menjadikan suatu pengetahuan sebagai ilmiah bukannya pengetahuan itu dapat diterapkan, melainkan karena sifatnya sebagai hasil pemahaman secara teorities.
Pada abad 15 ilmu pengetahuan semakin matang. Penggabungan pola pikir apriori dan aposteriori yang menjadi metode ilmiah, dan disitulah asal muala jaman Renaisans dan Humanisme. Manusia dilihat sebagai pribadi individual dan yang berkuasa (dari aspek kesenian, politik, filsafat, agama, gerakan-gerakan anti agama, teknik, dll).
Bahkan ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat kontemplatif dan teorities (Aristoteles), melainkan pertama tama mencari keuntungan dengan cara memperkuat kuasa manusia di bumi ini (Paham ini berkembang kuat di dunia barat)
Contohnya : Penemuan percetakan mempelancar perkembangan informasi dan penyebaran buku-buku pengetahuan, penemuan mesiu memperbesar kemungkinan memenangkan peperangan, dan penemuan kompas/radar memungkinkan manusia menrungi lautan.
Selain itu ilmu pengetahuan juga harus dipondasikan dengan filsafat, seperti salah satunya adalah moral, walaupun ilmu dan moral adalah dua bidang yang memiliki karakteristik berbeda dan kendati keduanya menyangkut pengetahuan yang dimiliki manusia.
Setiap ilmi pengetahuan memiliki paling kurang tiga komponen utama yang mendukungnya yaitu, ontologi (merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup yang menjadi objek telaah dan penafsiran tentang hakikat realitas dari objek telaah tersebut), epistemologi (asas tentang cara materi pengetahuan diperoleh dan dibentuk menjadi suatu tubuh pengetahuan, dan aksiologi (asas penggunaan pengetahuan yang telah diperoleh dalam tubuh pengetahuan.
Maka sangat jelas bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah natural atau tidak berpihak ke kubu positif maupun negatif, tetapi dengan pondasi pondasi falsafah seharusnya ilmu pengetahuan menjadi salah satu nilai yang positif bagi manusia, maupun ditinjau dari perspektif religius, sosial, kebudayaan, dll. Dan ilmu pengetahuan harus mampu mempunyai kejelasan kejelasan yang obyektif terhadap kebenaran realitas
Dengan pemahaman umum tentang proses di atas kita dapat menegaskan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran , gagasan ide , konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segalanya isinya termasuk manusia dan kehidupannya . sedangkan ilmu pengetahuan adalah sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis. Ini berarti pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkan ilmu pengetahuan lebih sistematis dan reflektif. Dengan demikian pengetahuan jauh lebih dari pada ilmu pengetahuankarena pengetahuan mencakup segala sesuatu yang diketahui manusia tanpa perlu berarti telah di bakukan secara sistematis. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga mencakup praktek atau kemampuan memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Dengan perbedaan ini menjadi jelas bagi kita bahwa tidak hanya ada filsafat ilmu pengetahuan , melainkan juga ada filsafat pengetahuan. filsafat pengetahuan berkaitan dengan upaya mengkaji segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia pada umumnya, terutama menyangkut gejala pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia. Dalam hal ini, kemudian dipertanyakan dan di persoalkan, misalnya, tentang bagaimana manusia bisa tahu ? apakah manusia bisa sampai pada pengetahuan yang bersifat pasti ? apakah pengetahuan yang pasti tahu bahwa ia tahu ? dari mana asal dan sumber pengetahuan manusia itu ? apakah pengetahuan sama dengan keyakinan ? dimana letak perbedaannya ?
Di pihak lain, filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan . jadi yang di persoalkan , misalnya , apa itu kebenaran ? apa metode ilmu pengetahuan itu ? manakah metode yang paling bisa di andalkan ? apa kelemahan metode yang ada ? apa itu teori ? apa itu hipotesis ? apa itu hukum ilmiah ?
Berkaitan dengan pertanyaan pertanyaan terakhir ini , ilmu pengetahuan dilihat sebagai upaya untuk menjelaskan hubungan antara berbagai hal dan peristiwa dalam alam semesta ini secara sistematis dan rasional (masuk akal / diterima akal sehat) . asumsinya , segala sesuatu yang dilihat dalam alam semesta ini sebagai sesuatu yang berdiri sendiri sendiri sesungguhnya tidak berdiri sendiri sendiri melainkan ada kaitannya satu sama lain. Lalu dijelaskan bahwa yang satu adalah sebab dari yang lainnya , dan yang lain adalah akibat dari yang lainnya. maka, ilmu pengetahuan , dalam rangka ini di pahami sebagai untuk mencari dan mejelaskan secara sistematis dan masuk akal sebab dan akibat dari berbagai peristiwa di alam semesta ini.
Dalam kaitan dengan itu, dikembangkan berbagai metode untuk tidak hanya menemukan sebab dan akibat dari peristiwa tertentu melainkan juga menjelaskan kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, yang mungkin sehari-hari terlihat seakan tanpa keterkaitan apapun. Ilmu pengetahuan misalnya, menjelaskan kaitan antara pasang surut dengan peredaran bumi. Atau, mengapa terjadi siang malam? Dengan cara ini, berbagai peristiwa dialam semesta ini bisa dipahami secara masuk akal. Dengan demikian, manusia dapat menata kehidupannya sesuai dengan pemahamannya akan hubungan antara berbagai peristiwa dialam semesta ini.
Upaya menjelaskan dan memahami berbagai hal dan peristiwa dialam semesta ini, sesungguhnya bukan monopoli ilmu pengetahuan. Sebelum munculnya ilmu pengetahuan, manusia telah berupaya menjelaskan dan memahami berbagai peristiwa tersebut melalui apa yang dikenal sebagai mitos atau cerita dongeng. Melalui cerita-cerita dongeng manusia berupaya menjelaskan secara masuk akal (Reasonable) makna berbagai peristiwa dan keterkaitannya dengan peristiwa lainnya. Melaui mitos-mitos itu manusia lalu memahami pada tingkat yang sederhana, misalnya, darimana asal-usul bumi ini, dari mana munculnya manusia, bagaimana terjadinya gempa, guntur, kilat, dsb. Dengan pemahaman yang sangat sederhana itu, mereka dapat menata kehidupannya secara lebih baik.
Dalam perkembangan selanjutnya, manusia mulai tidak puas lagi dengan penjelasan-penjelasan yang diberikan melalui mitos-mitos tadi. Maka, muncullah upaya lain yang bernama filsafat yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya. Melaui ilmu pengetahuan, berbagai peristiwa alam semesta lalu dijelaskan secara lain dalam kerangka teori atau hukum ilmiah yang masuk akal, dan lebih bisa dibuktikan dengan berbagai perangkat metodis yang berkembang kemudian sejaln dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.


Manfaat belajar Filsafat Ilmu pengetahuan
Pertanyaan yang menggelitik bagi kebanyakan mahasiswa termasuk saya ialah apa gunanya belajar Filsafat pengetahuan dan Filsafat Ilmu pengetahuan ? pertanyaan seperti ini menurut saya sah sah saja dan sangat perlu di ajukan (sebagai bukti bahwa mahasiswa benar benar belajar Filsafat Ilmu).
Tidak ada seorang pun yang akan berhenti berpikir. Oleh karena alasan inilah maka filsafat memainkan peranan yang sangat krusial dalam proses pemikiran manusia, yakni menjadikan pemikiran tersebut menjadi lebih jelas dan tetap (konstan) di hadapan realitas yang jamak dan sering membingungkan. Dengan ini lalu filsafat membantu setiap orang untuk memiliki perspektif tertentu. Mengenai hal ini, James K. Feibleman menulis:


No one stops to think that it is the business of philosophy to bring clarity and consistency into all this confusion and to give the individual somewhere to stand while all the various new theoretical and practical advances swirl around him”1
Filsafat berguna untuk memuaskan keinginan tahu individu yang sifatnya sederhana (belum complicated).
Aspek inilah yang membuat manusia berbeda dari binatang. Pada taraf tertentu, kera misalnya, dapat berpikir, dengan misalnya mempertimbangkan adanya tongkat yang ada didekatnya yang dapat digunakan untuk mencapai pisang yang tergantung dalam sebuah ruangan. Meskipun demikian, kera tetap tidak dapat berpikir lebih jauh dari determinasi alat atau tongkat ini. Kera tidak dapat menghubungkan pikirannya dengan pengalaman pemikiran yang telah terjadi di masa lampau, apalagi memproyeksikan pemikirannya secara visioner ke masa depan. Hanya manusia yang dapat berpikir dalam ruang dan waktu tertentu.


Selain itu, di sini juga dapat dikatakan bahwa selama hidup dari masa kanak-kanak sampai meninggal dunia manusia harus melewati dua tahap pengenalan (kesadaran) yang penting, yakni tahap keadaan ketidaktahuan (the state of innocence) dan tahap kehilangan ketidaktahuan (the innocence lost). Keadaan ketidaktahuan pada masa kanak-kanak sebetulnya penuh dengan keinginantahu (curiosity) yang menempatkan masa kanak-kanak sebagai tahap yang penuh dengan pertanyaan. Di sini dapat disimpulkan, bahwa jika filsafat memiliki asal-muasal, maka asalnya tentulah pada masa kanak-kanak yang giat mengajukan pertanyaan tersebut. Pertanyaan dan keingintahuan anak-anak ini apabila dimatikan atau dijawab secara sangat otoritatif dan ideologis akan mematikan dan menghentikan kemampuan anak-anak untuk bertanya. Inilah yang dimaksud dengan keadaan the innocence lost tersebut.






Filsafat dapat membantu individu untuk menemukan prinsip-prinsip yang benar yang sangat bermanfaat dalam mengarahkan hidup dan perilakunya.
Di sini kita berhadapan dengan peran dari cabang filsafat yang namanya filsafat moral atau etika. Dengan bantuan pemikiran filsafat moral (etika), individu semakin mendalami hidupnya, mempertanyakan secara moral seluruh tindakannya dan menetapkan prinsip-prinsip yang baik bagi hidupnya. Dengan ini individu membebaskan diri dari kedangkalan hidup atau hidup yang hanya menuruti keinginan dari luar saja, kehidupan tanpa subjektivitas.


Filsafat sangat membantu individu untuk memperdalam hidupnya.
Filsafat hukum misalnya, membantu manusia mengintensifkan makna dari hukum bagi masyarakat pada umumnya dan para praktisi hukum itu sendiri. Misalnya dalam memahami keterbatasan dari hukum positif dan pentingnya rasa keadilan masyarakat yang harus dihormati dan dijunjung tinggi dalam setiap keputusan hukum. Sementara itu, filsafat ilmu pengetahuan membantu individu (ilmuwan) semakin mendalami ilmunya. Tidak jarang terjadi bahwa semakin seseorang mendalami ilmunya filsafat, semakin ia mampu mengatasi disiplin keilmuannya yang empiris dan metodis dan memasuki dunia yang non-empiris, tetapi yang menarik akal budi dan menghantui batinnya. Albert Einstein misalnya, tidak hanya menjadi seorang ilmuwan (ahli fisika) murni. Ia adalah seorang ilmuwan dan filsuf. Einstein bahkan berani mengatakan: “Science without religion is lame, religion without science is blind.”2 Tidak hanya itu. Filsafat seni (estetika) memampukan seseorang untuk melihat segala sesuatu dalam kerangka yang sangat pribadi. Estetika memfungsikan dan memperdalam penginderaan manusia. Estetika memampukan individu untuk melihat dunia dengan mata seorang seniman, yakni melihatnya secara sangat personal.
Sementara itu, dari segi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, beberapa hal dapat dikatakan mengenai manfaat filsafat ini.
a) Prinsip-prinsip atau pemikiran filsafat membentuk organisasi sosial berdasarkan basis atau fondasi tertentu yang sifatnya permanen. Misalnya institusi-institusi sosial yang berdasarkan hukum-hukum positif tertentu yang telah disepakati bersama.
b) Filsafat sosial terdiri dari serangkaian prinsip-prinsip atau hukum-hukum yang menuntut keyakinan dan penerimaan atas kebenaran mereka. Selain itu, tentu saja juga persoalan dimensi ketaatan. Ambil saja beberapa contoh. Negara Amerika Serikat mendasarkan hidup bersama sebagai bangsa dan negara pada prinsip-prinsip American Declaration of Independence yang sangat dipengaruhi oleh gagasan dan pemikiran dua filsuf besar, yakni John Lock dan Montesquieu. Uni Soviet mendasarkannya pada filsafat dan ideologi Marxisme-Leninisme, dan Indonesia mendasarkannya pada filsafat dan ideologi Pancasila
Semua yang telah dikatakan di atas merupakan manfaat dari mempelajari filsafat secara umum. Nah, sekarang apa manfaat dari mempelajari filsafat ilmu pengetahuan? Ada paling kurang 4 manfaat yang dapat dikemukakan di sini.3
  1. Bersama mata kuliah filsafat lainnya, filsafat ilmu pengetahuan membantu mahasiswa untuk semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan, mahasiswa menjadi sangat kritis terhadap segala pandangan, keyakinan, dan teori-teori yang dihadapinya.
  2. Filsafat ilmu pengetahuan membantu mahasiswa untuk menjadi seorang ilmuwan yang andal kelak di kemudian hari. Dengan mendalami filsafat ilmu pengetahuan diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan analisis ilmiahnya berdasarkan metode-metode ilmiah tertentu. Dalam menggeluti dan mengembangkan ilmunya, seseorang dibantu oleh pemikiran filsafat ilmu pengetahuan untuk tetap menempatkan realitas sebagai tanda tanya dan bukan tanda seru, dan untuk selalu menemukan jalan pemecahan terbaik atas masalah-masalah.
  3. Pemikiran-pemikiran filsafat ilmu pengetahuan sangat membantu mahasiswa dalam pekerjaannya di kemudian hari. Bukankah setiap pekerjaan adalah upaya untuk memecahkan masalah tertentu yang kongkret? Setiap pekerjaan senantiasa bergerak dalam 3 tataran utama, yakni tataran pengetahuan dan keterampilan (keahlian), tataran pemecahan masalah, dan tataran manfaat (nilainya bagi kehidupan). Pemikiran-pemikiran filsafat ilmu pengetahuan sangat membantu dalam menjawab pertanyaan apa yang harus diketahui atau dikuasai (tataran 1), bagaimana pengetahuan atau keterampilan atau keahlian tersebut dicapai (tataran 2), dan apa manfaat (nilai) dari pemecahan masalah tersebut bagi kehidupan individu dan sosial.
  4. Pemikiran filsafat ilmu pengetahuan membantu memecahkan persoalan-persoalan yang ditimbulkan modernisme, seperti masalah kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Masalah-masalah tersebut ternyata tidak dapat semata-mata diselesaikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan terkesan sains dan teknologi justeru dapat menghancurkan manusia itu sendiri. Filsafat banyak kali muncul dengan suara lantang, meneriakkan dihentikannya penghancuran dunia dan manusia.


BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam karena kenyataanya, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan alam.

Daftar Pustaka
Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”,

Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16.


Nuchelmans, G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono”, Fakultas Filsafat – PPPT UGM Yogyakarta


Van Melsen, A.G.M., 1985., “Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab, Diterjemahkan Oleh K.Bartens”, Gramedia Jakarta,


Van Peursen, C.A.,1985., “Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Alih Bahasa Oleh J.Drost”, Gramedia Jakarta, .


1 James K. Feibleman, Understanding Philosophy, A Popular History of Ideas,Jaico Publishing House, Mumbai, India,1999 (cet. Ke-4), h. 12.


2 Dikutip dari Charles P. Henderson, Jr., God and Science. The Death and Rebirth of Theism, John Knox Press, Atlanta,1986, h. 17.



3 Diringkas dari A. Sony Keraf & Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan. Sebuah Tinjauan Filosofis, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm. 25-27.



No comments:

Post a Comment