Filsafat
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan Filsafat
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Manusia
dikenal sebagai makhluk berfikir. Dan hal inilah yang menjadikan
manusia istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Kemampuan berpikir
atau daya nalar manusialah yang menyebabkannya mampu mengembangkan
pengetahuan berfilsafatnya. Dia mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, yang indah dan yang
jelek. Secara terus menerus manusia diberikan berbagai pilihan. Dalam
melakukan pilihan ini manusia berpegang pada filsafat atau
pengetahuan.
Dengan
berfilsafat manusia akan mampu mencintai kebijaksanaan, sehingga
dengan hal itu manusia mampu menjadi insan yang sempurna, sebab dia
bisa mengoptimalkan akal ini untuk berfikir.
Ciri
– ciri dari filsafat adalah :
1.
Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai
pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
2.
Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum
manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jespers terletak
pada aspek keumumannya.
3.
Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi
pengalaman manusia. Misalnya :Apakah Kebebasan itu ?
4.
Koheren atau konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan
kaidah-kaidah berpikir logis.Konsisten artinya tidak mengandung
kontradiksi.
5.
Sistematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan
itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya
maksud atau tujuan tertentu.
6.
Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara
kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara
keseluruhan.
7.
Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati
boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas
dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan relijius.
8.
Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah
orang-orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil
pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.
Berpikir,
meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam memperoleh ilmu
pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh
satu langkah untuk medapatkan pengetahuan yang baru. Aktivitas
berpikir akan membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti
dan menganalisa secara kritis terhadap suatu obyek.
Rumusan
Masalah
Seperti
yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut
- Apa yang di maksud dengan Filsafat Pengetahuan dan Filsafat Ilmu Pengetahuan ?
- Apa manfaat dari belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan ?
Tujuan
Penulisan
- Mengetahui tentang Filsafat Pengetahuan dan Filsafat Ilmu Pengetahuan .
- Mengetahui tentang hasil dari manfaat belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Metode
Pengumpulan Data
Dalam
penyusunannya, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi
aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Sehubungan
dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah ini, penulis
menggunakan beberapa metode pengumpulan data,yang pertama dengan
membaca buku sumber,kedua brwosing di internet , ketiga membaca di
media cetak dan terakhir dengan pengetahuan penulis sendiri.
Sistematika
penulisan
BAB
I PendahuluanPada
bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB
II Pembahasan
Pada
bagian ini mengemukakan tentang Filsafat pengetahuan dan Filsafat
ilmu pengetahuan, serta manfaatnya.
BAB
III Penutup(kesimpulan)bab
ini memuat tentang kesimpulan.
BAB
II
Pembahasan
Filsafat
Pengetahuan dan Filasafat Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan
adalah satu nilai yang sudah konfrehensif, sistematis dan koheren
bahkan sampai terkesan teorities jika kita ingin menganalisa lebih
dalam, ilmu pengetahuan sudah menjadi satu kebutuhan bagi manusia.
Mau tidak mau sebenarnya kita sudah dijejali ilmu pengetahuan dari
sekolah dasar hingga perkuliahan, tetapi ilmu pengetahuan tidak hanya
ada di bangku pendidikan saja, jika pandangan kita tentang ilmu
pengetahuan hanya berorientasi pada akademik, maka pandangan kita
masih terlalu sempit untuk mendefinisikan ilmu pengetahuan.
Dari
aspek historis, ilmu-ilmu terapan sebenarnya jauh lebih tua
dibandingkan dengn ilmu-ilmu apriori dan aposteriori. Penerapan
tertua misalnya, seleksi antara tumbuhan dan hewan yang dapat dimakan
atau dapat digunakan sebagai obat (herbal), atau yang mengandung
racun, pertukaran musim yang dapat dimamfaatkan bagi kebutuhan
pertanian dll. Namun yang menjadikan suatu pengetahuan sebagai ilmiah
bukannya pengetahuan itu dapat diterapkan, melainkan karena sifatnya
sebagai hasil pemahaman secara teorities.
Pada
abad 15 ilmu pengetahuan semakin matang. Penggabungan pola pikir
apriori dan aposteriori yang menjadi metode ilmiah, dan disitulah
asal muala jaman Renaisans dan Humanisme. Manusia dilihat sebagai
pribadi individual dan yang berkuasa (dari aspek kesenian, politik,
filsafat, agama, gerakan-gerakan anti agama, teknik, dll).
Bahkan
ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat kontemplatif dan teorities
(Aristoteles), melainkan pertama tama mencari keuntungan dengan cara
memperkuat kuasa manusia di bumi ini (Paham ini berkembang kuat di
dunia barat)
Contohnya
: Penemuan percetakan mempelancar perkembangan informasi dan
penyebaran buku-buku pengetahuan, penemuan mesiu memperbesar
kemungkinan memenangkan peperangan, dan penemuan kompas/radar
memungkinkan manusia menrungi lautan.
Selain
itu ilmu pengetahuan juga harus dipondasikan dengan filsafat, seperti
salah satunya adalah moral, walaupun ilmu dan moral adalah dua bidang
yang memiliki karakteristik berbeda dan kendati keduanya menyangkut
pengetahuan yang dimiliki manusia.
Setiap
ilmi pengetahuan memiliki paling kurang tiga komponen utama yang
mendukungnya yaitu, ontologi (merupakan asas dalam menetapkan ruang
lingkup yang menjadi objek telaah dan penafsiran tentang hakikat
realitas dari objek telaah tersebut), epistemologi (asas tentang cara
materi pengetahuan diperoleh dan dibentuk menjadi suatu tubuh
pengetahuan, dan aksiologi (asas penggunaan pengetahuan yang telah
diperoleh dalam tubuh pengetahuan.
Maka
sangat jelas bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah natural atau
tidak berpihak ke kubu positif maupun negatif, tetapi dengan pondasi
pondasi falsafah seharusnya ilmu pengetahuan menjadi salah satu nilai
yang positif bagi manusia, maupun ditinjau dari perspektif religius,
sosial, kebudayaan, dll. Dan ilmu pengetahuan harus mampu mempunyai
kejelasan kejelasan yang obyektif terhadap kebenaran realitas
Dengan
pemahaman umum tentang proses di atas kita dapat menegaskan bahwa
pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran , gagasan ide , konsep, dan
pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segalanya isinya
termasuk manusia dan kehidupannya . sedangkan ilmu pengetahuan adalah
sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis.
Ini berarti pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkan ilmu
pengetahuan lebih sistematis dan reflektif. Dengan demikian
pengetahuan jauh lebih dari pada ilmu pengetahuankarena pengetahuan
mencakup segala sesuatu yang diketahui manusia tanpa perlu berarti
telah di bakukan secara sistematis. Pengetahuan mencakup penalaran,
penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga
mencakup praktek atau kemampuan memecahkan berbagai persoalan hidup
yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Dengan
perbedaan ini menjadi jelas bagi kita bahwa tidak hanya ada filsafat
ilmu pengetahuan , melainkan juga ada filsafat pengetahuan. filsafat
pengetahuan berkaitan dengan upaya mengkaji segala sesuatu yang
berkaitan dengan manusia pada umumnya, terutama menyangkut gejala
pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia. Dalam hal ini, kemudian
dipertanyakan dan di persoalkan, misalnya, tentang bagaimana manusia
bisa tahu ? apakah manusia bisa sampai pada pengetahuan yang bersifat
pasti ? apakah pengetahuan yang pasti tahu bahwa ia tahu ? dari mana
asal dan sumber pengetahuan manusia itu ? apakah pengetahuan sama
dengan keyakinan ? dimana letak perbedaannya ?
Di
pihak lain, filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang
mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan . jadi yang di persoalkan , misalnya , apa itu
kebenaran ? apa metode ilmu pengetahuan itu ? manakah metode yang
paling bisa di andalkan ? apa kelemahan metode yang ada ? apa itu
teori ? apa itu hipotesis ? apa itu hukum ilmiah ?
Berkaitan
dengan pertanyaan pertanyaan terakhir ini , ilmu pengetahuan dilihat
sebagai upaya untuk menjelaskan hubungan antara berbagai hal dan
peristiwa dalam alam semesta ini secara sistematis dan rasional
(masuk akal / diterima akal sehat) . asumsinya , segala sesuatu yang
dilihat dalam alam semesta ini sebagai sesuatu yang berdiri sendiri
sendiri sesungguhnya tidak berdiri sendiri sendiri melainkan ada
kaitannya satu sama lain. Lalu dijelaskan bahwa yang satu adalah
sebab dari yang lainnya , dan yang lain adalah akibat dari yang
lainnya. maka, ilmu pengetahuan , dalam rangka ini di pahami sebagai
untuk mencari dan mejelaskan secara sistematis dan masuk akal sebab
dan akibat dari berbagai peristiwa di alam semesta ini.
Dalam
kaitan dengan itu, dikembangkan berbagai metode untuk tidak hanya
menemukan sebab dan akibat dari peristiwa tertentu melainkan juga
menjelaskan kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya,
yang mungkin sehari-hari terlihat seakan tanpa keterkaitan apapun.
Ilmu pengetahuan misalnya, menjelaskan kaitan antara pasang surut
dengan peredaran bumi. Atau, mengapa terjadi siang malam? Dengan cara
ini, berbagai peristiwa dialam semesta ini bisa dipahami secara masuk
akal. Dengan demikian, manusia dapat menata kehidupannya sesuai
dengan pemahamannya akan hubungan antara berbagai peristiwa dialam
semesta ini.
Upaya
menjelaskan dan memahami berbagai hal dan peristiwa dialam semesta
ini, sesungguhnya bukan monopoli ilmu pengetahuan. Sebelum munculnya
ilmu pengetahuan, manusia telah berupaya menjelaskan dan memahami
berbagai peristiwa tersebut melalui apa yang dikenal sebagai mitos
atau cerita dongeng. Melalui cerita-cerita dongeng manusia berupaya
menjelaskan secara masuk akal (Reasonable) makna berbagai peristiwa
dan keterkaitannya dengan peristiwa lainnya. Melaui mitos-mitos itu
manusia lalu memahami pada tingkat yang sederhana, misalnya, darimana
asal-usul bumi ini, dari mana munculnya manusia, bagaimana terjadinya
gempa, guntur, kilat, dsb. Dengan pemahaman yang sangat sederhana
itu, mereka dapat menata kehidupannya secara lebih baik.
Dalam
perkembangan selanjutnya, manusia mulai tidak puas lagi dengan
penjelasan-penjelasan yang diberikan melalui mitos-mitos tadi. Maka,
muncullah upaya lain yang bernama filsafat yang kemudian melahirkan
ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya. Melaui ilmu pengetahuan,
berbagai peristiwa alam semesta lalu dijelaskan secara lain dalam
kerangka teori atau hukum ilmiah yang masuk akal, dan lebih bisa
dibuktikan dengan berbagai perangkat metodis yang berkembang kemudian
sejaln dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Manfaat
belajar Filsafat Ilmu pengetahuan
Pertanyaan
yang menggelitik bagi kebanyakan mahasiswa termasuk saya ialah apa
gunanya belajar Filsafat pengetahuan dan Filsafat Ilmu pengetahuan ?
pertanyaan seperti ini menurut saya sah sah saja dan sangat perlu
di ajukan (sebagai bukti bahwa mahasiswa benar benar belajar Filsafat
Ilmu).
Tidak
ada seorang pun yang akan berhenti berpikir. Oleh karena alasan
inilah maka filsafat memainkan peranan yang sangat krusial dalam
proses pemikiran manusia, yakni menjadikan pemikiran tersebut menjadi
lebih jelas dan tetap (konstan) di hadapan realitas yang jamak dan
sering membingungkan. Dengan ini lalu filsafat membantu setiap orang
untuk memiliki perspektif tertentu. Mengenai hal ini, James K.
Feibleman menulis:
“No
one stops to think that it is the business of philosophy to bring
clarity and consistency into all this confusion and to give the
individual somewhere to stand while all the various new theoretical
and practical advances swirl around him”1
Filsafat
berguna untuk memuaskan keinginan tahu individu yang sifatnya
sederhana (belum complicated).
Aspek
inilah yang membuat manusia berbeda dari binatang. Pada taraf
tertentu, kera misalnya, dapat berpikir, dengan misalnya
mempertimbangkan adanya tongkat yang ada didekatnya yang dapat
digunakan untuk mencapai pisang yang tergantung dalam sebuah ruangan.
Meskipun demikian, kera tetap tidak dapat berpikir lebih jauh dari
determinasi alat atau tongkat ini. Kera tidak dapat menghubungkan
pikirannya dengan pengalaman pemikiran yang telah terjadi di masa
lampau, apalagi memproyeksikan pemikirannya secara visioner ke masa
depan. Hanya manusia yang dapat berpikir dalam ruang dan waktu
tertentu.
Selain
itu, di sini juga dapat dikatakan bahwa selama hidup dari masa
kanak-kanak sampai meninggal dunia manusia harus melewati dua tahap
pengenalan (kesadaran) yang penting, yakni tahap keadaan
ketidaktahuan (the state of innocence) dan tahap kehilangan
ketidaktahuan (the innocence lost). Keadaan ketidaktahuan pada masa
kanak-kanak sebetulnya penuh dengan keinginantahu (curiosity) yang
menempatkan masa kanak-kanak sebagai tahap yang penuh dengan
pertanyaan. Di sini dapat disimpulkan, bahwa jika filsafat memiliki
asal-muasal, maka asalnya tentulah pada masa kanak-kanak yang giat
mengajukan pertanyaan tersebut. Pertanyaan dan keingintahuan
anak-anak ini apabila dimatikan atau dijawab secara sangat otoritatif
dan ideologis akan mematikan dan menghentikan kemampuan anak-anak
untuk bertanya. Inilah yang dimaksud dengan keadaan the innocence
lost tersebut.
Filsafat
dapat membantu individu untuk menemukan prinsip-prinsip yang benar
yang sangat bermanfaat dalam mengarahkan hidup dan perilakunya.
Di
sini kita berhadapan dengan peran dari cabang filsafat yang namanya
filsafat moral atau etika. Dengan bantuan pemikiran filsafat moral
(etika), individu semakin mendalami hidupnya, mempertanyakan secara
moral seluruh tindakannya dan menetapkan prinsip-prinsip yang baik
bagi hidupnya. Dengan ini individu membebaskan diri dari kedangkalan
hidup atau hidup yang hanya menuruti keinginan dari luar saja,
kehidupan tanpa subjektivitas.
Filsafat
sangat membantu individu untuk memperdalam hidupnya.
Filsafat
hukum misalnya, membantu manusia mengintensifkan makna dari hukum
bagi masyarakat pada umumnya dan para praktisi hukum itu sendiri.
Misalnya dalam memahami keterbatasan dari hukum positif dan
pentingnya rasa keadilan masyarakat yang harus dihormati dan
dijunjung tinggi dalam setiap keputusan hukum. Sementara itu,
filsafat ilmu pengetahuan membantu individu (ilmuwan) semakin
mendalami ilmunya. Tidak jarang terjadi bahwa semakin seseorang
mendalami ilmunya filsafat, semakin ia mampu mengatasi disiplin
keilmuannya yang empiris dan metodis dan memasuki dunia yang
non-empiris, tetapi yang menarik akal budi dan menghantui batinnya.
Albert Einstein misalnya, tidak hanya menjadi seorang ilmuwan (ahli
fisika) murni. Ia adalah seorang ilmuwan dan filsuf. Einstein bahkan
berani mengatakan: “Science without religion is lame, religion
without science is blind.”2
Tidak hanya itu. Filsafat seni (estetika) memampukan seseorang untuk
melihat segala sesuatu dalam kerangka yang sangat pribadi. Estetika
memfungsikan dan memperdalam penginderaan manusia. Estetika
memampukan individu untuk melihat dunia dengan mata seorang seniman,
yakni melihatnya secara sangat personal.
Sementara
itu, dari segi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, beberapa hal
dapat dikatakan mengenai manfaat filsafat ini.
a)
Prinsip-prinsip atau pemikiran filsafat membentuk organisasi sosial
berdasarkan basis atau fondasi tertentu yang sifatnya permanen.
Misalnya institusi-institusi sosial yang berdasarkan hukum-hukum
positif tertentu yang telah disepakati bersama.
b)
Filsafat sosial terdiri dari serangkaian prinsip-prinsip atau
hukum-hukum yang menuntut keyakinan dan penerimaan atas kebenaran
mereka. Selain itu, tentu saja juga persoalan dimensi ketaatan. Ambil
saja beberapa contoh. Negara Amerika Serikat mendasarkan hidup
bersama sebagai bangsa dan negara pada prinsip-prinsip American
Declaration of Independence yang sangat dipengaruhi oleh gagasan dan
pemikiran dua filsuf besar, yakni John Lock dan Montesquieu. Uni
Soviet mendasarkannya pada filsafat dan ideologi Marxisme-Leninisme,
dan Indonesia mendasarkannya pada filsafat dan ideologi Pancasila
Semua
yang telah dikatakan di atas merupakan manfaat dari mempelajari
filsafat secara umum. Nah, sekarang apa manfaat dari mempelajari
filsafat ilmu pengetahuan? Ada paling kurang 4 manfaat yang dapat
dikemukakan di sini.3
- Bersama mata kuliah filsafat lainnya, filsafat ilmu pengetahuan membantu mahasiswa untuk semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan, mahasiswa menjadi sangat kritis terhadap segala pandangan, keyakinan, dan teori-teori yang dihadapinya.
- Filsafat ilmu pengetahuan membantu mahasiswa untuk menjadi seorang ilmuwan yang andal kelak di kemudian hari. Dengan mendalami filsafat ilmu pengetahuan diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan analisis ilmiahnya berdasarkan metode-metode ilmiah tertentu. Dalam menggeluti dan mengembangkan ilmunya, seseorang dibantu oleh pemikiran filsafat ilmu pengetahuan untuk tetap menempatkan realitas sebagai tanda tanya dan bukan tanda seru, dan untuk selalu menemukan jalan pemecahan terbaik atas masalah-masalah.
- Pemikiran-pemikiran filsafat ilmu pengetahuan sangat membantu mahasiswa dalam pekerjaannya di kemudian hari. Bukankah setiap pekerjaan adalah upaya untuk memecahkan masalah tertentu yang kongkret? Setiap pekerjaan senantiasa bergerak dalam 3 tataran utama, yakni tataran pengetahuan dan keterampilan (keahlian), tataran pemecahan masalah, dan tataran manfaat (nilainya bagi kehidupan). Pemikiran-pemikiran filsafat ilmu pengetahuan sangat membantu dalam menjawab pertanyaan apa yang harus diketahui atau dikuasai (tataran 1), bagaimana pengetahuan atau keterampilan atau keahlian tersebut dicapai (tataran 2), dan apa manfaat (nilai) dari pemecahan masalah tersebut bagi kehidupan individu dan sosial.
- Pemikiran filsafat ilmu pengetahuan membantu memecahkan persoalan-persoalan yang ditimbulkan modernisme, seperti masalah kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Masalah-masalah tersebut ternyata tidak dapat semata-mata diselesaikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan terkesan sains dan teknologi justeru dapat menghancurkan manusia itu sendiri. Filsafat banyak kali muncul dengan suara lantang, meneriakkan dihentikannya penghancuran dunia dan manusia.
BAB
III
Kesimpulan
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam karena kenyataanya, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan alam.
Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”,
Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16.
Nuchelmans, G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono”, Fakultas Filsafat – PPPT UGM Yogyakarta
Van Melsen, A.G.M., 1985., “Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab, Diterjemahkan Oleh K.Bartens”, Gramedia Jakarta,
Van Peursen, C.A.,1985., “Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Alih Bahasa Oleh J.Drost”, Gramedia Jakarta, .
1 James K. Feibleman, Understanding Philosophy, A Popular History of Ideas,Jaico Publishing House, Mumbai, India,1999 (cet. Ke-4), h. 12.
2 Dikutip dari Charles P. Henderson, Jr., God and Science. The Death and Rebirth of Theism, John Knox Press, Atlanta,1986, h. 17.
3 Diringkas dari A. Sony Keraf & Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan. Sebuah Tinjauan Filosofis, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm. 25-27.
No comments:
Post a Comment