Ilmu Pengetahuan dasar dalam filsafat
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu
tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas pada dirinya,
juga ingin tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan keingin tahuannya
terus berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak
dibatasi oleh peradaban. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa
ingin tahu walaupun bentuknya berbeda-beda. Orang yang tinggal di
tempat peradaban yang masih terbelakang, punya rasa ingin tahu yang
berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat yang sudah
maju.
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
sekitarnya dapat bersifat sederhana dan juga dapat bersifat kompleks.
Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin
tahu tentang apa (ontologi), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat
kompleks meliputi bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan
mengapa peristiwa itu terjadi (epistemologi), serta untuk apa
peristiwa tersebut dipelajari (aksiologi).
Ke tiga landasan tadi yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi
merupakan ciri spesifik dalam penyusunan pengetahuan. Ketiga landasan
ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan antara
satu dengan lainnya. Berbagai usaha orang untuk dapat mencapai atau
memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya.
Bila usaha tersebut berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita
katakan sebagai ketahuan atau pengetahuan.
Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa
semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para Dewa. Karenanya para
Dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Adanya
perkembangan jaman, maka dalam beberapa hal pola pikir tergantung
pada Dewa berubah menjadi pola pikir berdasarkan rasio. Kejadian
alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai bulan dimakan Kala
Rau, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari,
bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar. Sehingga bayang-bayang
bulan menimpa sebagian permukaan bumi.
Perubahan pola pikir dari mitosentris ke logosentris membawa
implikasi yang sangat besar. Alam dengan segala-galanya, yang selama
ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan
yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori
ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di jagat raya
(makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos). Melalui pendekatan
logosentris ini muncullah berbagai pengetahuan yang sangat berguna
bagi umat manusia maupun alam.
Pengetahuan tersebut merupakan hasil dari proses kehidupan manusia
menjadi tahu. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau
hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik
atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha
manusia untuk tahu.
Berdasarkan atas pengertian yang ada dan berdasarkan atas kebiasaan
yang terjadi, sering ditemukan kerancuan antara pengertian ilmu
dengan pengetahuan. Ke dua kata tersebut dianggap memiliki persamaan
arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi satu
kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini sering kita
jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan tentang ilmu
pengetahuan. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan
dengan pengetahuan, sehingga ilmu adalah pengetahuan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diangkat permasalahan :
- Apa itu ilmu?
- Apa itu pengetahuan?
- Apa itu ilmu pengetahuan.
C.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dalam dalam penelitian ini sebagai berikut:
- Untuk mengetahui apa itu ilmu.
- Untuk mengetahui apa itu pengetahuan.
- Untuk mengetahui apa itu ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Ilmu
Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan
mensitematisasikan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sesuatu
itu dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objective
thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap
dunia faktual. Ini diperoleh melalui observasi, eksperimen, dan
klasifikasi. Analisisnya merupakan hal yang objektif dengan
menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral
(tidak dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif). Ilmu sebagai milik
manusia secara komprehensif yang merupakan lukisan dan keterangan
yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam
ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati panca
indera manusia.
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan
ilmu adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan
ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang
dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang
ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua
objek tersebut. Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva yang dengan
melakukannya umat manusia memperoleh suatu lebih lengkap dan lebih
cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian serta suatu
kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya.
Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar
ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia
atau bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa objek material
seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan
manusia itu sendiri.
Pada umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman disebut
siklus-empirik. Ini menunjukkan pada dua macam hal yang pokok, yaitu
siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan
berulang-ulang, dan empirik yang menunjukkan pada sifat bahan yang
diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat
diregistrasi secara indrawi. Metode siklus-empirik mencakup lima
tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan
evaluasi. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang
runut dari segenap tahapan prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada
prakteknya tahap-tahap kerja tersebut sering kali dilakukan secara
bersamaan (Soeprapto, 2003).
Ilmu dalam usahanya untuk menyingkap rahasia-rahasia alam haruslah
mengetahui anggapan-anggapan kefilsafatan mengenai alam tersebut.
Penegasan ilmu diletakkan pada tolak ukur dari sisi fenomenal dan
struktural.
- Dimensi Fenomenal.
Dalam dimensi fenomenal ilmu menampakkan diri pada hal-hal berikut :
1. Masyarakat yaitu suatu masyarakat yang elit yang dalam hidup
kesehariannya sangat konsern pada kaidah-kaidah universaI,
komunalisme, disinterestedness, dan skeptisme yang terarah dan
teratur
2. Proses yaitu olah krida aktivitas masyarakat elit yang melalui
refleksi, kontemplasi, imajinasi, observasi, eksperimentasi,
komparasi, dan sebagainya tidak pernah mengenal titik henti untuk
mencari dan menemukan kebenaran ilmiah.
3. Produk yaitu hasil dari aktivitas tadi berupa dalil-dalil, teori,
dan paradigma-paradigma beserta hasil penerapannya, baik yang
bersifat fisik, maupun non fisik.
- Dimensi Struktural
Dalam dimensi struktural ilmu tersusun atas komponen-komponen
berikut:
1. Objek sasaran yang ingin diketahui
2. Objek sasaran terus menerus dipertanyakan tanpa mengenal titik
henti
3. Ada alasan dan dengan sarana dan cara tertentu objek sasaran tadi
terus menerus dipertanyakan
4. Temuan-temuan yang diperoleh selangkah demi selangkah disusun
kembali dalam satu kesatuan sistem.
Ilmu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Ilmu Pengetahuan Abstrak,
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Humanis.
Ilmu juga mempunyai dasar dasar tersendiri. Yaitu ada tiga dasar ilmu
yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera
manusia. Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat
empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide,
nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Ontologi merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan
yang paling kuno. Untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu ada
beberapa asumsi yang perlu diperhatikan yaitu asumsi pertama adalah
suatu objek bisa dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat
(substansi), struktur atau komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi
kedua adalah kelestarian relatif artinya ilmu tidak mengalami
perubahan dalam periode tertentu (dalam waktu singkat). Asumsi ketiga
yaitu determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak
terjadi secara kebetulan (Supriyanto, 2003).
Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban
atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi
perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru
mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap
pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak
boleh mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti
dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung,
artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini
(Bakhtiar, 2005).
Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan
ilmu bagi kebutuhan umat manusia. Dasar aksiologi ini merupakan
sesuatu yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu segala
keperluan dan kebutuhan manusia menjadi terpenuhi secara lebih cepat
dan lebih mudah.
Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti yaitu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia
dan merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia lainnya. Sedangkan estetika
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki
oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.
- Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa
difinisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is
justified true belief).
Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa
definisi.
1. Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari
usaha manusia untuk tahu.
2. Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui
(subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri
sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui
pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
3. Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan
ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak
langsung memperkaya kehidupan kita.
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap
sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek
tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera
maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik
mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan
adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan
mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang
menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan
pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan
tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak
teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and
error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
- Ilmu Pengetahuan
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan beserta definisinya ternyata
tidak semudah dengan yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi
tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami
hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang lebih berkepentingan
dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi) sehingga garis demarkasi
antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lainnya menjadi lebih
diperhatikan.
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara
mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains
menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah
itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi,
sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti
metafisika.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip
oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :
• Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah
yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut bangunannya dari dalam.
• Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
• Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah
yang sederhana.
• Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
• Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan
yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor
ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca
indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara
menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan
suatu proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.
• Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam,
masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep,
katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji
dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang
berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik
maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang
berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.
Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang
kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena
kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu.
Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan
pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau
rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi
sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika
deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan
fakta.
Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang
sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat,
sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi
yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya
yang belum tersusun dengan baik.
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan
ilmu adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan
ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang
dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang
ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua
objek tersebut.
Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran
(Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang
dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit misalnya
manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide,
nilai-nilai, dan kerohanian. Objek formal adalah cara memandang, cara
meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya
serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu
tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama
membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek material dapat
ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang
berbeda-beda (Mudhofir, 2005).
Setiap aspek mempunyai kegunaan dan manfaatnya, begitu juga dengan
ilmu pengetahuan. Kegunaan ilmu pengetahuan bisa diilustrasikan
seperti ini.
Apa kegunaan sain? Pertanyan ini sama dengan apa kegunaan pengetahuan
ilmiah karena sain (ilmu) isinya teori (ilmiah). Secara umum, teori
artinya pendapat yang beralasan. Alasan tersebut bisa berupa argumen
logis, dan ini merupakan landasan teori filsafat. Sedangkan alasan
yang berupa argumen perasaan atau keyakinan yang kadang kadang
empiris merupakan teori dalam pengetahuan mistik. Sedangkan toeri
sain harus berDasar kan argumen logis yang empiris.
Sekurang-kurangnya ada tiga manfaat kegunaan ilmu.
1. Ilmu sebagai alat Eksplansi
Berbagai ilmu yang berkembang dewasa ini, secara umum berfungsi
sebagai alat untuk membuat ekspalanasi kenyataan yang ada. Filsafat
ilmu dapat dianggap sebagai suatu studi tentang masalah-masalah
eksplanasi
Menurut T Jacob yang dikutip Ahmad Tafsir, “sain merupakan suatu
sistem eksplanasiyang paling dapat diandalkan dibanding dengan sistem
lain dalam memahami masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan.
Sebagai contoh, ketika itu ada sebuah sepeda motor tua, dengan
kenalpot yang berasap tebal berwarna putih dengan jalan terseok seok
dan tidak bisa berlari kencang. Dari gejala yang timbul ini seorang
mekanik yang memiliki ilmu tentang perbengkelan, bisa membuat
eksplanasi atau penjeleasan kepada pemilik motor mengapa begitu.
Itulah manfaat ilmu sebagai eksplanasi.
2. Ilmu sebagai alat Peramal
Tatkala membuat ekplanasi, biasanya ilmuan telah mengetahui juga
faktor penyebab gejala tersebut. Dengan menganalisis faktor dan
gejala yang muncul, ilmuwan dapat melakukan ramalan. Dalam term
ilmuwan ramalan disebut prediksi untuk membedakan ramalan embah
dukun. Sebagai contoh, motor tadi, seorang mekanik bisa memprediksi
jika pemilik motor tidak mau merawat motor dan lalai mengganti oli,
maka ring sehernya akan cepat menipis dan oli mesin akan terbakar dan
menyebabkan asap menjadi tebal dan berwarna putih.
3. Ilmu sebagai alat Pengontrol
Eksplanasi sebagai bahan membuat prediksi dan kontrol. Ilmuan selain
mampu membuat ramalan berDasar kan eksplanasi gejala, juga dapat
membuat kontrol. Contoh : Agar motor kita awet, motor kita harus
diservis dan ganti oli tiap 2000 km, sehingga tingkat keausan mesin
dapat ditekan dan diperlambat. Sehingga motor kita awet.
Menurut Ahmad Tafsir, Perbedaan prediksi dan kontrol ialah prediksi
bersifat pasif, sedangkan kontrol bersifat aktif.
• Cara Sain Menyelesaikan Masalah
Ilmu atau sains yang didalamnya terdapatteori, dibuat untuk
memudahkan manusia, bila kita mendapat kesulitan yang kita kenal
dengan istilah masalah, kita menghadapi dan menyelesaikannya dengan
ilmu. Sebagai contoh, dulu ketika televisi baru diketemukan dan
listerik maih sanggat jarang, jika kita ingin menonton televisi harus
menggunakan accu yang cukup besar dan berat. Jika listrik di accu
tersebut sudah lemah maka kita harus mencasnya di kampung sebelah
dengan cara di gotong, dan ini sangat mensulitkan kita.
Tapi ketika listerik sudah masuk ke kampung kita, kita tidak usah
menggotong accu yang berat itu karena sudah tidak terpakai, tapi kita
tinggal mencoloknya di stop kontak dan tinggal “Jetrek”. Tapi
inipun masih menjadi masalah pula, ketika kita akan merubah cenel dan
kita harus mondar mandir meenghapiri televisi sekedar memijit tombol
program agar pindah cenel, tapi itu sudah berlalu karena sekarang
kita cukup memijit remot yang ada di tangan kita.
Beberapa tahun kemudian, anak-anak dikampung kita menjadi jarang
mengaji, malah mereka berlkuyuran di jalan padahal waktunya mereka
mengaji atau belajar. Kemudian kita memanggil ilmuan untuk meminta
bantuannya, mengapa bisa begini? Kemudian ilmuan itu melakukan
beberapa halPertama, ia mengidentifikasi masalah yang ada, ia ingin
tahu mengapa anak-anak di kampung itu tidak mau belajar dan mengaji.
Identifikasi biasanya dilakukan dengan cara mengadakan penelitian.
Yang hasinya dianalisis untuk mengetahui secara persis segala sesuati
dari gejaka tersebut.
Kedua ia mencari litelatur tentang sebab kemalasan anak-anak
tersebut. Ketiga ia mencari litelarur yang menerangkan cara
memperbaiki kemalasan anak-anak tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uaraian di atas dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan prinsip antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu
merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan
pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek
material dan objek formal
2. Ilmu bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode
tertentu seperti observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya
bersifat objektif dengan menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan
pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau
subjektif).
3. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik, pengetahuan merupakan informasi
yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme
tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi
kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan
pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan
tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak
teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and
error dan berdasarkan pengalaman belaka.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar A. 2005. Filsafat Ilmu. Ed 1. Cetakan ke 2. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Dr. Hatta, Muhammd, Al Quran dan Terjemah, 2009 Departemen
Agama RI, As Syamil, Bandung, 1986, “Alam Pikiran Yunani”,
Tintamas, Jakarta, Kattsoff, L.O. 1992. Pengantar Filsafat:
Penerjemah Soejono Soemargono. Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya.
Soeprapto, S. 2003. Landasan Penelaahan Ilmu. Dalam Filsafat Ilmu.
Cetakan ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta
No comments:
Post a Comment