ILMU PENGETAHUAN DALAM FILSAFAT By Kania Permatasari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era saat ini, zaman kian berkembang da begitu pula dengan ilmu pengetahuan. Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan pun ikut berkembang. Kemudian seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, pemikiran manusia pun semakin berkembang. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, memunculkan rasa keingintahuan yang besar akan suatu hal dalam diri manusia. Segala macam persoalan pun ikut muncul.
Ilmu itu sendiri merupakan sekumpulan pengetahuan manusia yang bersifat rasional dan kognitif yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode-metode tertentu, sehingga menjadi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Jika kita membicarakan ilmu atau pengetahuan atau ilmu pengetahuan, maka akan sangat erat kaitannya dengan filsafat. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu. Hal tersebut dikarenakan di dalam filsafat semua ilmu dapat dikaji. Objek kajian filsafat itu sendiri sangatlah luas, yakni seluruh kenyataan yang ada di dunia ini. Dalam perkembangannya, menurut Bakhtiar (2005) saat ini filsafat tidak hanya dipandang sebagai induk dari segala ilmu saja, namun kini filsafat juga telah menjadi bagian dari ilmu itu sendiri yang juga telah terspesialisasi. Bahkan sekarang ini, filsafat telah membelah diri menjadi sektoral-sektoral khusus. Dalam konteks seperti inilah yang menjadikan ilmu sebagai kajian filsafat yang sangat relevan untuk dikaji dan didalami.
Meskipun filsafat dan ilmu itu sendiri terpisah, namun keberadaan mereka akan tetap saling terkait. Di dalam ilmu terdapat bidang-bidang ilmu yang telah terspesialisasikan. Hal tersebutlah yang mejadikan adanya batasan-batasan di dalam setiap bidang ilmu tersebut. Namun, dengan hadirnya filsafat, maka ilmu-ilmu tersebut dapat dipersatukan. Sehingga memunculkan hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat. Berdasarkan pandangan salah seorang ahli, yaitu Siswomihardjo (2003), hampir semua masalah filsafat memerlukan kajian ilmu agar pembahasannya tidak dianggap keliru. Ilmu dapat dikatakan produsen bagi filsafat. Ilmu menyediakan materi filsafat yang berupa fakta-fakta yang sangat penting sehingga dapat dikatakan sejalan dengan pengetahuan ilmiah.
Setiap hal pada hakikatnya pasti memiliki titik lemah, begitu pula dengan ilmu pengetahuan. Titik lemah ilmu pengetahuan tersebut terletak pada penafsiran cara berpikir ilmiah sebagai cara berpikir yang rasional, sehingga jika dalam pandangan yang dangkal akan mengalami suatu kesulitan dalam membedakan pengetahuan yang ilmiah dengan pengetahuan yang rasional. Pada umumnya, berpikir rasional memang bagian dari berpikir ilmiah. Cara berpikir yang rasional ini cenderung terpatok pada hipotesa saja, bukan pada jawaban yang tepat secara ilmiah.
Selain ilmu pengetahuan, filsafat pun ikut ambil bagian dalam membantu memecahkan persoalan hidup manusia. Ilmu pengetahuan tidak membahas pertanyaan yang menyangkut hidup manusia sebagai kesatuan yang utuh. Pertanyaan mendasar seperti apa tujuan hidup manusia, kewajiban dan tanggung jawab manusia, tidak mampu ditangani oleh ilmu pengetahuan. Di sinilah filsafat mulai memainkan peranannya.
Nah di dalam jurnal ini akan dibahas mengenai hubungan ilmu pengetahuan dan filsafat yang berkontribusi dalam membantu manusia memecahkan persoalan di hidupnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dalam jurnal ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Filsafat?
2. Apa itu Filsafat Ilmu?
3. Apa itu Ilmu Pengetahuan?
4. Apa saja yang menjadi syarat-syarat suatu Ilmu?
5. Bagaimana peranan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan jurnal ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu Filsafat.
2. Untuk mengetahui apa itu Filsafat Ilmu.
3. Untuk mengetahui apa itu Ilmu Pengetahuan.
4. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi syarat suatu Ilmu.
5. Untuk mengetahui bagaimana peranan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari kata philosophia yang berarti cinta atau kebijaksanaan. Asal katanya adalah philos yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Maka filsafat itu merupakan rasa kecintaan terhadap kebijaksanaan. Namun, The Liang Gie (1999) menyatakan bahwa kata sophia juga memiliki arti lain, yakni kebenaran pertama, pengetahuan yang luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai pada kepandaian dalam memutuskan persoalan praktis.
Terdapat juga definisi-definisi dari para filsuf terkemuka mengenai filsafat itu sendiri. Merriam-Webster dalam Soeparmo (1984) menyatakan bahwaa secara harfiah filsafat berarti kebijaksanaan. Maksudnya adalah kenyataan yang paling umum dan kaidah realitas serta hakikat manusia dalam segala aspek seperti logika, etika, estetika, dan teori pengetahuan. Sedangkan menurut Pytagoras, kearifan yang sejati sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan.
Menurut sejarah kelahirannya, filsafat terbentuk sebagai sikap yang dicontohkan oleh Socrates, yakni sikap seorang yang sangat cinta akan kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya seorang ahli, tidak menyerah pada kemalasan, terus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran. Begitulah setidaknya yang disampaikan oleh Soeparmo (1984).
Kemudian, kemunculan filsafat ini dikarenakan kekaguman dan keheranan manusia. Dalam perkembangannya, karena persoalan yang dihadapi manusia itu semakin kompleks, maka tidak semua dapat terjawab oleh filsafat secara rinci. Koento Wibisono (1997), jawaban yang harus diperoleh yaitu dengan melakukan refleksi berpikir tentang pikirannya sendiri. Maka dengan begitu, tidak semua persoalan merupakan persoalan filsafat.
B. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik antara filsafat dan ilmu. Filsafat ilmu merupakan terusan dari pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, ilmu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman tanpa menghapuskan pengetahuan lama. Pengetahuan yang terdahulu akan dijadikan sebagai alas dalam mencari pengetahuan baru.
Filsafat ilmu cenderung mengarah pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada ruang lingkup kebudayaan yang berarti bagi kehidupan manusia. Maka dari itu, peru adanya perenungan secara mendasar tentang hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri yang dengan sendirinya mengantarkan kita pada runag lingkup filsafat.
C. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan, tetapi juga sekumpulan pengetahuan yang berdasarkan pada teori-teori yang disepakati dan secara sistematik dapat diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Jika dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
D. Syarat-syarat Ilmu
Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang telah melalui tahap-tahap ilmiah. Ada persyaratan ilmiah yang dapat menjadikan sesuatu menjadi suatu ilmu berdasarkan para ahli.
1. Objektif
Suatu ilmu haruslah mempunyai objek kajian yang sama sifat hakikatnya, baik tampak dari luar ataupun dari dalam. Objeknya dapat bersifat abstrak ataupun konkret. Dalam mengkaji objek, yang dicari tentu adalah kebenaran sehingga dapat disebut sebagai kebenaran yang objektif.
2. Metodis
Maksud dari metodis disini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Harus ada cara untuk menjamin kepastian dari kebenaran tersebut. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan yang pada umumnya mengarah pada metode ilmiah.
3. Sistematis
Suatu ilmu haruslah terurai dan terumuskan dalam hubungan yang tertata dan logis, sehingga dapat membentuk suatu sistem yang utuh. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat suatu ilmu.
4. Universal
Dalam suatu ilmu, kebenaran yang harus dicapai haruslah kebenaran yang universal atau bersifat umum.
E. Peranan Filsafat terhadap Ilmu Pengetahuan
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam memecahkan berbagai persoalan hidup. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu tersebut dapat membantu manusia. Semakin banyak manusia mengetahui suatu hal, maka semakin banyak pula pertanyaan yang akan muncul. Nah, hal tersebutlah yang kemudian mendorong pikiran manusi menjadi luas.
Pada masa sekarang ini, kita tidak dapat memungkiri bahwasanya ilmu pengetahuan telah merasuk pada setiap sudut kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan tersebut dipakai oleh manusia sebagai alat dalam membantu mereka untuk memecahkan segala persoalan yang mereka hadapi. Menurut Prasetya dalam artikelnya yang berjudul Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul Karl Feyerabend mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil yang maksima. Kedua, adanya hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dari dua hal tersebut, bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan mempunyai peranan yang cukup penting dalam kehidupan manusia.
Namun, pada kenyataannya, kita bisa melihat bahwa ilmu pengetahuan juga mempunyai keterbatasan dalam hal membantu manusia memecahkan persoalan hidupnya. Keterbatasan itu terletak pada cara kerja ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri pada bidang tertentu. Karena keterbatasan itulah ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab semua persoalan manusia. Namun, disaat ilmu pengetahuan tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan atas persoalan hidup manusia, filsafat kemudian muncul untuk memainkan perannya.
Ada dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu pengetahuan berdasarkan R. Haryono Imam. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap tepat dan benar dalam ilmu-ilmu. Filsafat memang tidak ikut campur dalam bidang-bidang ilmu tersebut. Namun, mengenai kebenaran, ilmu pengetahua tidak dapat memberikan jawaban karena tidak termasuk bidang ilmu mereka. Sedangkan filsafat menjelaskan hal tersebut. Kedua, filsafat memberikan penilaian tentang sumbangsih ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia dalam mencapai kebenaran. Dari dua penilaian filsafat tersebut, dapat dilihat bahwa ilmu pengetahuan atau ilmu pasti tidak langsung ikut serta dalam usaha manusia mencapai kebenaran. Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam usaha manusia mencapai kebenaran. Di dalam filsafat terdapat berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran, kemudian dikumpulkan dan diolah untuk menemukan jawaban yang tepat.
Ilmu pengetahuan tersebut tidak bisa seenaknya saja dibentuk atau tidak bisa begitu saja terbentuk. Diperlukan sebuah paradigma untuk membangun ilmu pengetahuan tersebut. Sedangkan hampir semua kemampuan pemikiran manusia didominasi oleh filsafat. Maka dari itu, dapat kita simpulkan bahwa pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu digunakan untuk menepis ketidaktahuan dan mencari solusi akan hal tersebut. Manusia akan selalu berfilsafat untuk mencapai jawaban atas persoalan hidup mereka.
Dari pemaparan di atas, sangatlah jelas bahwa filsafat selalu mengarah pada pencarian terhadap kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan secara kritis. Penilaian tersebut haruslah dilakukan dengan langkah-langkah yang rasional. Penilaian tersebut juga harus terbuka terhadap berbagai kritik sebagai bahan untuk evaluasi demi mencapai kebenaran. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa antara ilmu pengetahuan dan filsafat akan selalu ada suatu ikatan yang tak terbantahkan.
SIMPULAN
Sebelum adanya filsafat ilmu, filsafat pengetahuan telah muncul terlebih dahulu. Bisa dikatakan bahwa fisafat ilmu merupakan hasil dari perkembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Seperti yang kita ketahui bahwa seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuanpun akan menjadi semakin berkembang. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka pikiran manusiapun akan berkembang pula. Hal tersebut membuat filsafat menjadi semakin muncul. Filsafat akan memberikan penilaian tentang sumbangsih ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia untuk mencapai kebenaran. Manusia mencari suatu kebenaran atau jawaban atas persoalan hidup yang mereka hadapi dengan cara berfilsafat dengan beralaskan ilmu pengetahuan.
Antara ilmu pengetahuan dan filsafat akan selalu ada suatu ikatan yang tak terbantahkan. Keduanya akan selalu mengisi kekosongan satu sama lain. Hubungan timbal balik akan terlihat di sini. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan, manusia akan memperoleh suatu pencerahan dalam menghadapi persoalan hidup mereka. Namun dengan campur tangan filsafat, manusia akan dapat menemukan jawaban atas persoalan hidup yang mereka hadapi. Karena pada dasarnya filsafat akan memberikan penilaian terhadap ilmu pengetahuan yang nantinya akan mengarah pada kebenaran.
REFERENSI
Wibisono, Koento. 1997. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Intan Pariwara: Klaten.
.1984. Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Aktualitasnya dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia yang Kita Cita-citakan.
Soeparmo, A.H.. 1984. Struktur Keilmuan dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam. Airlangga University Press: Surabaya.
Gie, The Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Liberty: Yogyakarta.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/hakikat-ilmu/ (Diunduh pada tanggal 28 Oktober 2014, pukul 20:19 WIB)
http://aseptaziek.blogspot.com/2009/08/sejarah-singkat-pemikiran-ilmu.html (Diunduh pada tanggal 28 Oktober 2014, pukul 20:28)
http://insanicita.blogspot.com/2012/04/pengertian-filsafat-menurut-para-tokoh.html (Diunduh pada tanggal 28 Oktober 2014, pukul 21.05 WIB)
No comments:
Post a Comment